Mohon tunggu...
heru suti
heru suti Mohon Tunggu... Merdeka

Menulis untuk menghasilkan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tentang Konteks Sebuah Foto

24 April 2025   20:29 Diperbarui: 24 April 2025   20:29 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar diatas adalah foto yang beberapa waktu yang lalu saya ambil di depan sebuah tempat makan. Objek foto adalah mural yang sudah tampak kusut oleh tembok yang mulai aus. Mural yang sepertinya belum jadi, tapi tidak disempurnakan dan malah terlanjur usang oleh tembok yang mulai mengelupas.

Kekusutan tersebutlah yang menarik saya untuk membidikkan kamera HP dan mengabadikan kondisi tersebut. Foto itu lalu saya unggah di sebuah agensi microstock dengan disertai penjelasan : "mural tentara di dinding yang terkelupas".

Foto tersebut langsung ditolak. Agensi microstock tersebut bilang gini: We cannot accept this submission into our commercial or editorial collection, or we are no longer accepting this type of content.

Saya agak bertenye-tenye dalam hati. Alasan penolakan biasanya karena ada kemungkinan hak cipta seperti adanya brand tertentu dalam foto, sehingga perlu persetujuan dari brand tersebut. Atau kalau ada wajah manusia perlu juga persetujuan atau  klausul release dari orang tersebut. Atau kalau masalah teknis biasanya dijelaskan kalau foto tersebut tidak memenuhi standar teknis mereka.

Daripada bingung, lalu saya nanya ke teman saya yang bukan manusia. Temen saya ini namanya Gemini, AI tukang jawab pertanyaan dari google. Temen saya yang cepat tanggap inipun lalu memberi penjelasan panjang lebar yang intinya gini:

Foto tadi kemungkinan ditolak karena beberapa alasan terkait dengan kebijakan konten mereka (agensi microstock), terutama yang berkaitan dengan penggambaran konflik dan kekerasan. Mereka mungkin memiliki kebijakan yang lebih ketat terkait dengan penggambaran konflik bersenjata, peperangan, atau kekerasan, terutama jika dianggap terlalu eksplisit, glorifikasi, atau tidak memiliki konteks editorial yang kuat. Mural ini secara visual menggambarkan adegan pertempuran atau konflik, yang bisa dianggap sensitif.

Pidihil,

Diotak saya saat mengarahkan lensa kamera HP ke tembok waktu itu adalah karena keusangan, sebuah lukisan belum jadi yang kemudian pudar oleh alam yang membuat tembok tersebut usang. Tentang konten perang, bawah sadar saya menganggap bahwa perang kemerdekaan adalah konteks yang selalu bisa diterima oleh siapa saja.

Saya lupa kalau agensi tersebut bukan orang Indonesia. Konteks perang suci merebut kemerdekaan jelas tidak berlaku disini.

Si pembuat mural mungkin juga saat membuat lukisan tembok tersebut juga bermindset sama dengan saya. Lukisan perjuangan melawan penjajah, konteks kekerasan dikalahkan oleh konteks perjuangan merebut hak untuk merdeka. Dan mungkin saja, mural tersebut dibuat saat peringatan 17 Agustus, entah pada tahun berapa. Bagi si pembuat mural, lukisan tersebut adalah sama sekali bukan tentang konflik atau kekerasan. Ini adalah tentang perang suci merebut kemerdekaan, sebuah perjuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun