"Wah Maroko itu cumak bertahan tok bisanya, cumak ngincer adu penalti, untung-untungan biar bisa menang..." itu kata seorang temen mengomentari kelolosan Maroko ke perempat final Piala Dunia 2022.
"Wah lha itu namanya strategi to bro... Berarti itu Maroko tahu kapasitasnya. Mereka kalah skill dan pengalaman, ya mereka cari cara untuk menang. Bertahan dan bahkan parkir bis itu boleh dan tidak melanggar aturan kok. Belum ada fatwa haramnya juga, haha..." begitu sanggahan teman yang lain, pendukung sepakbola pragmatis dan pemerhati fatwa halal haram.
Ya di perempat final nanti memang Maroko menjadi satu-satunya tim non Eropa dan Amerika Latin serta belum pernah melangkah jauh di Piala Dunia plus memiliki skuad yang cukup baik tapi jelas masih kalah kalau dibandingkan Inggris, Perancis, Brasil, Argentina dan juga tentu saja Portugal yang akan menjadi lawan mereka di perempat final.
Skuad Maroko mungkin bisa sedikit bersaing dengan Kroasia. Namun Kroasia kita tahu, memiliki status finalis Piala Dunia edisi terakhir.
Kalah sejarah dan sumber daya terbukti tidak masalah bagi timnas Maroko di babak 16 besar. Spanyol meteka tahan 0-0 selama 120 menit untuk kemudian dipecundangi melalui adu penalti.
Adu penalti adalah babak tos-tosan, peluang dua tim 50-50. Maka tim underdog yang kemudian mengincar adu penalti dan berharap sedikit keberuntungan adalah hal yang masuk akal.
Namun demikian,
Keunggulan sumber daya pemain jelas sangat diperlukan dan akan sangat lebih menguntungkan bagi sebuah tim untuk memenangi sebuah turnamen macam Piala Dunia.
Itu ditunjukkan tim-tim unggulan di Qatar 2022 ini.
Dengan didukung sumber daya pemain yang berlimpah, pelatih tentu jadi lebih leluasa mengeksplorasi banyak alternatif taktik.