Mohon tunggu...
heru suti
heru suti Mohon Tunggu... Administrasi - Merdeka

Menulis untuk menghasilkan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Kemerdekaan dan Ironi

18 Agustus 2022   09:00 Diperbarui: 18 Agustus 2022   09:02 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo HUT RI ke-77 (Gambar: Kemensetneg via kompas.com)

Perayaan tujuh belasan tahun ini di kampung kami berlangsung lebih meriah dari dua tahun belakangan. Perayaan kemerdekaan tahun ini sepertinya bukan hanya perayaan atas ulang tahun hari dibacakannya proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus tahun 1945.

Perayaan tahun ini adalah juga perayaan mulai diperbolehkannya lepas dari belenggu covid 19. Ya, covid 19 selama dua tahun terakhir telah membelenggu kehidupan dan pergaulan masyarakat komunal.

Tentu belenggu covid sebenarnya bukan hanya pada urusan pergaulan tapi ke segala bidang, utamanya ekonomi.

Tapi memang pengaruh covid ini benar-benar membatasi ekspresi tata kehidupan masyarakat komunal yang suka dengan aneka macam perayaan. Mulai dari mudik lebaran sampai peringatan kemerdekaan negara. Yang biasanya penuh hiruk pikuk jadi sepi belaka, jadi terbelenggu rasanya...

Dua tahun terakhir, kegiatan tujuh belasan di kampung kami paling banter adalah pemasangan umbul-umbul. Namun, tahun ini kemerdekaan seperti menemukan arti yang sesungguhnya. Semua tradisi yang tidak bisa dilakukan dua tahun terakhir akhirnya tahun ini kembali dilaksanakan.

Anak perempuan saya yang berusia 7 tahun pun kemarin saya lihat saat asyik bermain, ia berdendang lagu "Hari Merdeka" ciptaan H. Mutahar. Itu bertanda bahwa lagu tersebut benar-benar "nyangkut di kepalanya".

Ya, lagu itu nyangkut di kepala karena bombardir pemutaran lagu itu di banyak event yang akhir-akhir ini ia ikuti dan saksikan. Mulai dari lomba-lomba di kampung, ada lomba ibu-ibu, lomba bapak-bapak juga tentu lomba anak-anak yang ia ikuti. Juga lomba di kampung sebelah, juga lomba di sekolah. Pun juga dengan acara tirakatan malam tujuh belasan, semua memutar lagu Hari Merdeka.

"Tujuh belas Agustus tahun empat lima, itulah hari kemerdekaan kita..." begitu mulut kecilnya berdendang sambil bermain bersama kakaknya.

Ya, perayaan kemerdekaan tahun ini adalah juga perayaan setelah dua tahun terbelenggu oleh pandemi covid 19.

Walau tentu, konsekuensi lanjutan dari covid yang harus tetap diwaspadai. Kelesuan ekonomi global ditambah dengan memanasnya suhu politik di beberapa negara besar. Harus tetap eling lan waspada, harus tetap ingat dan waspada. Tapi kan kita sedang tujuh belasan, fokus perayaan dulu lah...

Selanjutnya masih dalam konteks tujuh belasan,

Koran Tempo dalam edisi khusus hari kemerdekaan membuat liputan tentang masyarakat adat. Sebuah tema yang diambil dari inspirasi upacara peringatan hari kemerdekaan yang digelar dan dihadiri oleh semua pejabat tinggi negara.

Di upacara peringatan detik-detik proklasmasi, Presiden dan para pejabat tinggi negara menggunakan pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia. Tahun ini Presiden Jokowi mengenakan pakaian adat asal Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. Beberapa tahun terakhir, tradisi mengenakan pakaian adat memang dilakukan dalam peringatan detik-detik proklamasi.

Walaupun pakaiannya selalu digunakan para pejabat di momen peringatan hari kemerdekanan, namun belum semua masyarakat adat mendapatkan kemerdekaannya untuk menjalankan kehidupan adat sebagaimana mestinya.

Dalam liputan Koran Tempo yang terbit tanggal 17 Agustus 2022 beberapa persoalan masyarakat adat yang disinggung antara lain tentang pengakuan negara atas hak masyarakat adat terutama lahan dan hutan, gesekan antara penggunaan hutan adat untuk lahan perkebunan, juga RUU Masyarakat Hukum Adat yang belum juga disyahkan,

Tentunya, tidak ada yang salah dengan penggunaan pakaian adat dalam berbagai event nasional. Dan jelas hal tersebut sangat baik dan layak diapresiasi dalalam hal kelestarian dan kebanggaan terhadap adat dan tradisi Nusantara.

Namun, sodoran berbagai masalah terkait masyarakat adat yang belum selesai dalam memperjuangkan hak-haknya maka penggunaan pakaian adat di perayaan di istana menjadi sebuah ironi.

Ya, ini menjadi ironi karena dalam urusan seremoni mereka diakomodasi dalam hal penggunaan pakaian. Namun dalam hal substansial, ternyata masih banyak hal mendasar terkait hak masyarakat adat yang belum sepenuhnya mereka dapatkan.

Artinya, dalam banyak hal kemerdekaan belum benar-benar memberi ruang bagi semua orang untuk bebas menjalankan kehidupan sebagaimana seharusnya orang merdeka.

Kemerdekaan adalah sebuah anugerah dari hasil perjuangan para pahlawan yang melepaskan bangsa dan negara dari belenggu penjajahan dan kolonialisme. Tentu wajar kalau kita rayakan setiap tahunnya. Namun juga tak bisa dipungkiri kalau ternyata masih banyak masyarakat di berbagai penjuru Indonesia yang belum benar-benar merasakan manisnya kemerdekaan. Entah itu kemerdekaan dalam hal kesetaraan maupun pengakuan hak, kebebasan berpendapat, kebebasan beragama dan kebebasan-kebebasan lain layaknya bangsa merdeka...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun