Bagi orang yang suka menulis, jaman dulu untuk bisa menerbitkan tulisannya seorang penulis harus mengirim hasil karyanya ke redaksi ini atau penerbit itu agar tulisannya bisa dipublikasikan. Tak jarang, tulisan-tulisan yang semula dibuat untuk dipublish tersebut akhirnya mentok hanya jadi arsip pribadi saja.
Lalu internet datang dengan segala inovasi dan perkembangannya yang sedemikian cepat. Diawali dengan dulu saya kalau mau akses internet harus ke warnet sampai kemudian teknologi berkembang begitu cepat hingga saya menemui jaman dimana dari mulai bangun tidur sampai mau tidur lagi orang selalu terkoneksi dengan interenet.
Bagi penulis amatir macam saya, manfaat internet jelas menjadi angin segar.
Tahun 2008 saya merayakan euforia mempunyai sebuah media yang bisa menerbitkan tulisan pribadi, sebuah blog. Waktu itu blog pertama saya bikin di warnet. Luar biasa senangnya kala itu. Bagaimana tidak, lha wong biasanya harus mengirim dulu artikel ke berbagai redaksi dengan tanpa jaminan tulisan akan terbit. Ini kok bisa seenak hati kita menerbitkan apa pun yang kita mau. Luar biasa, kebebasan dan kemerdekaan dalam menulis, berekspkresi dan bahkan menerbitkan tulisan sendiri. Horee...!
Tahun-tahun itu dunia perngeblogan cukup ramai. Dan jelas, saya merasa keren menjadi bagian didalamnya. Seorang blogger, wuih...
Lalu..,
Muncullah facebook, twitter, juga belakangan instagram yang kemudian membuat banyak blogger lalu mulai lebih asyik bermain media sosial. Ya, media sosial memang menawarkan keringkasan dan kecepatan dalam berinteraksi.
Ya, begitu posting singkat diterbitkan langsung disahut dengan berbagai komentar. Diskusi jadi lebih enak dan cepat. Meskipun tidak hanya diskusi saja yang lebih cepat, keributan juga lebih marak...
Ya, selalu ada dua sisi dalam hal apa pun.
Lalu..,
