Mohon tunggu...
heru suti
heru suti Mohon Tunggu... Administrasi - Merdeka

Menulis untuk menghasilkan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penanganan Konten Negatif dalam Perspektif Orang yang Sedang Berhayal Menjadi Menag

26 Juli 2018   10:52 Diperbarui: 26 Juli 2018   11:10 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: id.techinasia.com

Andaikan saya jadi menteri agama, maka hal pertama yang saya lakukan adalah bertanya pada entah siapa: kok bisa saya jadi menteri agama? Keluarga besar saya pasti bahagianya bukan kepalang, teman-teman saya pasti heran seheran-herannya, dan yang jelas Presiden yang menunjuk saya pastilah dibully habis-habisan. Tapi sudahlah, ini judulnya kan hanya seandainya. Masak ya berandai-andai saja tidak boleh...

Jadi baiklah, seandainya saya Menteri Agama  maka hal yang akan saya lakukan untuk menangani konten negatif di internet adalah :

Menjalin kerja sama dengan semua pihak

Yang jelas, tugas memberantas hoax dan konten negatif adalah tugas semua golongan manusia yang merasa dirinya waras, oleh karena itu berbagai pihak harus dilibatkan, berbagai profesi dan disiplin keilmuan perlu diajak untuk bersama-sama melawan hoax. Kerja sama dilakukan baik dengan instansi pemerintahan yang lain (Kementerian dan Pemda), maupun dengan pihak swasta, lembaga dan berbagai komunitas (lokal dan nasional). 

Kementerian Agama kan memiliki Kantor Wilayah di tiap Kabupaten/ Kota. Ketersediaan kantor di tiap Kabupaten/ Kota ini akan memudahkan Kemenag menjadi inisiator dibuatnya semacam lembaga yang mengkampanyekan internet sehat melibatkan berbagai profesi/ disiplin ilmu semacam psikolog, birokrat, pendidik, ulama, penggiat internet maupun profesi lain yang potensial di daerah tersebut. 

Kegiatan utamanya adalah melakukan sosialisasi penggunaan internet yang sehat, bebas hoax dan bullying serta dilanjutkan dengan mengadakan pelatihan pembuatan konten yang positif. Sasarannya terutama adalah pengguna sosial media, bisa anak-anak muda di sekolah, komunitas-komunitas seperti Kelompok Karang Taruna, kelompok pengajian dan komunitas-komunitas lain yang potensial. 

Tujuan utama kegiatan-kegiatan tersebut adalah : membangun mindset berinternet yang sehat dari berbagai sudut pandang, misal dari sisi durasi berinternet atau tentang pemilihan sumber informasi yang kredibel dan kedewasaan dalam bersosial media. Selanjutnya adalah menumbuhkan gairah untuk bisa membuat konten positif. Cara paling efektif menenggelamkan hoax dan konten negatif adalah memperbanyak konten positif. 

Untuk itu perlu dilibatkan praktisi pembuat konten untuk sharing pengalaman sekaligus pelatihan. Jika makin banyak warga yang bermindset dewasa dan mampu membuat konten yang baik, maka lama kelamaan hoax tidak akan memperoleh tempat.

Sertifikasi ulama dan Majelis Pertimbangan Ulama

Karena harus diakui bahwa ada sebagian ustadz yang justru menyebar hoax dalam praktek dakwahnya (terutama jika sudah masuk kepentingan politik). Untuk itu perlu dilakukan sertifikasi penceramah. Ini proses memang tidak mudah, perlu perencanaan yang lebih detail untuk jangka panjang. Untuk jangka pendeknya, kita menyasar ke penyiaran dakwah di lembaga penyiaran publik, dalam hal ini televisi. 

Kita akan melakukan pendekatan ke pihak televisi agar berdiskusi terlebih dahulu dengan Kemenag sebelum memutuskan siapa penceramah yang akan diberi kesempatan untuk mengisi acaranya. Perlu juga dibuat semacam majelis kehormatan yang akan memberi teguran bagi ustadz-ustadz yang menyebarkan hoax. Majelis ini terdiri dari Kyai-Kyai sepuh yang didukung tim yang kredibel dan bebas kepentingan politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun