Mohon tunggu...
Yohannes Krishna Fajar Nugroho
Yohannes Krishna Fajar Nugroho Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Video Editor dan Junior Public Relations

It's ok to be different.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pernikahan=Tuntutan Budaya?

3 Januari 2023   08:00 Diperbarui: 6 Januari 2023   09:13 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Jujur, hal ini yang membuat saya malu punya darah Jawa. Konsep konsep lawas seperti ini membuat Indonesia masih menyandang status sebagai negara berkembang. Hal ini disebabkan karena tingginya tingkat pernikahan, dan natalitas di Indonesia. Sejak masa remaja, secara tidak langsung ditanamkan bahwa ukuran kesuksesan seseorang adalah menikah, dan punya keturunan.  

Badan Pusat Statistik (BPS) mendata sebanyak 1.837.185 pasangan menikah selama tahun 2016 di seluruh Indonesia. Dari data tersebut, sebanyak 54.696 pasangan adalah warga provinsi DKI Jakarta dan sebanyak 386.242 pasangan adalah warga provinsi Jawa Barat. Sementara itu di lain sisi, BPS juga mendata di tahun yang sama sebanyak 365.633 kasus perceraian terjadi di seluruh Indonesia; 11.321 kasus perceraian di provinsi DKI Jakarta, dan sebanyak 75.001 kasus di Jawa Barat.

Saya pakai data tahun 2016 karena saya belum mendapat data tahun 2021, tapi saya hanya ingin memberikan gambaran bahwa tingkat perceraian di Indonesia tidaklah sedikit. Seperti contoh dari 54.696 pasangan yang menikah ada 11.321 pasangan yang bercerai di DKI Jakarta. 

Secara pribadi, saya menilai bahwa orang-orang yang menikah, lalu bercerai itu adalah mereka yang tidak memahami esensi dari perkawinan yang ideal. Berbeda cerita dengan mereka yang mengalami KDRT, dan ditinggal pergi oleh suami/istri. 

Mereka menikah hanya karena tuntutan kebudayaan yang menjadi bayang bayang bagi generasi muda bangsa ini.  Memang tuntutan itu tidak terlihat jelas seperti peraturan formal di perkantoran atau transportasi publik, tapi perlu disadari bahwa Indonesia masih sangat menjunjung tinggi kebudayaan dan tradisi leluhur yang sudah bercokol dalam sendi sendi kehidupan. 

Ini pendapat saya lho ya, boleh disanggah karena riset saya tidak sedalam yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Indonesia sudah memiliki jumlah penduduk sebanyak lebih dari 270 juta jiwa. Saya melihat hal ini adalah karena hidup berkeluarga dan memiliki keturunan sudah menjadi tuntutan kebudayaan di Indonesia. Saya tidak mengatakan bahwa pendapat saya ini benar, dan saya juga tidak akan menganggap bahwa konsep-konsep berkeluarga yang ada di negara ini juga benar. 

Jadi karena sama sama ada tidak benar nya, harap saling menerima saja. Toh juga pendapat saya ini tidak mengganggu stabilitas nasional, dan tidak mencederai kehidupan berbangsa dan bernegara. Saya sangat menerima komentar, kritik, saran dan masukan bapak/ibu sekalian. 

yfn_26

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun