Pelajaran agama baru saja usai. Aku menarik tangan sahabatku ke depan. Kami eh aku tepatnya mendatangi meja guruku itu dengan rasa penasaran.
"Untuk praktek agama, apa saja yang diujikan pada EBTA nanti, Bu?" tanyaku penasaran.
"Shalat, rukun iman, dan bacaan Alquran."
Aku terdiam kemudian melirik teman sekelasku. Nira namanya. Orangnya tinggi besar. Kontras denganku. Bila aku berjalan dengan Nira maka itu akan terlihat seperti angka sepuluh. Satunya aku. Sedangkan nol versi besarnya Nira.
"Nir, gimana ini?"
"Gimana apanya?"
" Aku suaranya ga semerdumu dalam mengaji. Napasku pendek," bisikku di telinganya.
"Heleh. Tapi ngaji bisa kan?"
"Bisalah,"ujarku sewot
"Ya udah kenapa cemas gitu?"
"Suaraku ga bagus. Terus aku ga pandai irama." Sambil merapatkan gigi dan setengah berbisik kukatakan itu padanya.