Anak-anak SBI belum mempunyai pondasi kuat dalam cultural self-awareness karena itu mereka umumnya akan berhadapan dengan cross cultural situation, mereka cenderung akan memilih satu budaya yang paling kuat dalam ingatan, pikiran dan pengalaman yaitu budaya yang diajarkan di SBI walaupun budaya tersebut berbeda dengan budaya Indonesia. Kecenderungan itu terus terjadi dalam keseharian dan membentuk kebiasaan dan akhirnya mereduksi budaya asli mereka yaitu budaya Indonesia dan mengaplikasikan seluruhnya budaya yang diterima mereka dalam proses belajar mengajar di SBI.
Pada suatu masa, seekor kuda laut mengumpulkan seluruh kekayaannya dan ingin mencari fortune di luar lingkungan tempat tinggalnya. Belum lama dia berjalan, dia bertemu dengan belut yang menanyakan “Hai..kamu mau kemana?”
“Saya sedang keluar mencari fortune saya.” jawab kuda laut dengan bangganya.
“Kamu beruntung. Dengan memberikan kepada saya sebagian dari kekayaanmu, saya akan memberikan sirip cepat yang akan membawamu ke fortune kamu dengan lebih cepat.”
“wow..ok” kata kuda laut dan memberikan separuh kekayaannya kepada si belut.
Kuda laut memakai sirip itu yang memang membuat dia menempuh perjalanan jadi dua kali lebih cepat.
Tidak lama ia bertemu dengan terumbu karang yang menyapanya “Hai..kamu mau kemana?”
“Saya sedang keluar mencari fortune saya.” jawab kuda laut dengan bangganya.
“Kamu beruntung. Dengan biaya tidak banyak saya akan memberikan kamu skuter jet supaya kamu dapat menemukan fortune jauh lebih cepat.”
Kuda laut pun membeli skuter jet tersebut dengan kekayaannya yang tersisa dan menempuh perjalanan lima kali lebih cepat dari biasanya.
Tidak lama kemudian dia bertemu dengan ikan hiu yang menyapanya“Hai..kamu mau kemana?”