Mohon tunggu...
Yessi Chamelliya
Yessi Chamelliya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi

Mahasiswa Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebahagiaan dan Keharmonisan Sosial dalam Kebudayaan Jawa

6 Desember 2021   07:30 Diperbarui: 6 Desember 2021   07:40 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KEBAHAGIAAN DAN KEHARMONISAN SOSIAL DALAM KEBUDAYAAN JAWA


ABSTRAK
Diskursus mengenai kebahagiaan telah menjadi hal yang cukup banyak dibahas pada penelitian psikologi. Seringkali, konsep kebahagiaan tersebut mengacu pada konteks Barat (Amerika Serikat dan Eropa) serta konteks Asia Timur atau negara-negara yang mengacu pada ajaran Konfusius, Budha, dan Taoisme. Kebahagiaan pada dasarnya dapat diklasifikan sebagai hal yang bersifat subjektif karena hal tersebut mengacu pada mekanisme diri manusia terhadap lingkungan sosialnya yang terkait pula dengan pemaknaan terhadap kehidupan. Setelah itu, kebahagiaan dapat bersifat berkesinambungan dengan keharmonisan sosial. Maka dari itu, pembahasan ini akan membahas mengenai keterkaitan antara kedua variabel tersebut dalam konteks kebudayaan Jawa. Dalam kebudayaan Jawa, konsep mengenai kebahagiaan seringkali dikaitkan dengan konsep yang dibangun oleh Ki Ageng Suryomentaram. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas lebih lanjut mengenai kebahagiaan dan juga keharmonisan sosial dalam konteks masyarakat Jawa.
Kata kunci: kebahagiaan, keharmonisan sosial, kebudayaan Jawa

ABSTRACT
The discourse on happiness has become a subject of considerable discussion in psychological research. Often, the concept of happiness refers to the Western context (United States and Europe) as well as the East Asian context or countries that refer to the teachings of Confucius, Buddhism, and Taoism. Happiness can basically be classified as a subjective thing because it refers to the mechanism of the human self to his social environment which is also related to the meaning of life. After that, happiness can be sustainable with social harmony. Therefore, this discussion will discuss the relationship between these two variables in the context of Javanese culture. In Javanese culture, the concept of happiness is often associated with the concept developed by Ki Ageng Suryomentaram. Therefore, this study will discuss further about happiness and social harmony in the context of Javanese society.
Keywords: happiness, social harmony, Javanese culture

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia ini, hal tersebut tak dapat terbantahkan lagi karena Indonesia sendiri terdiri dari berbagai macam penduduk dengan berbagai macam etnis, agama, suku, ras, dan kepercayaan lain yang berbeda-beda, serta memiliki berbagai macam bahasa. Indonesia memiliki kekayaan sosiokultural, hal ini dapat dilihat dari kondisi geografis yang sangat luas tersebar dari Sabang sampai Merauke. Indonesia memiliki belasan ribu pulau besar dan kecil, dan juga memiliki jumlah penduduk yang mencapai ratusan juta jiwa dengan berbagai macam suku dan bahasa (Suwandi & Jubagjo, 2013).

 Berdasarkan fakta tersebut, masyarakat Indonesia dapat dikatakan sebagai masyarakat yang majemuk. Masyarakat yang beragam tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia yang tinggal di dalam suatu tempat, masing-masing masyarakat memiliki budaya dan adat istiadatnya masing-masing. Bentuk dari budaya dapat diwujudkan ke dalam beberapa bentuk, contohnya adalah kearifan lokal, kearifan lokal itu sendiri didefinisikan sebagai sebuah kekayaan budaya lokal yang memiliki makna, dan dijadikan sebagai tujuan atau pedoman dalam hidup bersama di dalam suatu masyarakat. Kearifan lokal tersebut dijadikan sebagai tata nilai masyarakat dalam berperilaku di kehidupan masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan hidupnya secara arif (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016).

 

Kearifan lokal tersebut seringkali menjadi suatu dasar bagi masing-masing individu dan/atau masyarakat adat dalam mengambil suatu sikap, hal ini membentuk sebuah sistem sosial di dalam masyarakat yang diwariskan secara turun temurun kepada generasi selanjutnya untuk membentuk pola perilaku sesuai adat istiadat yang ada, dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal merupakan sebuah entitas yang dapat membentuk kebiasaan masyarakat di dalam suatu komunitas.


Dengan adanya suatu sistem yang dapat dikatakan “hidup” di dalam suatu masyarakat dalam skala besar, tentunya mempengaruhi masing-masing individu dalam bersikap dan mengambil tindakan. Tindakan yang dilakukan oleh masing-masing individu tentunya berasal dari naluri manusia yang secara harfiah dianggap sebagai sebuah makhluk yang rasional, yang mana artinya adalah segala sesuatu dilakukan berdasarkan motivasi dari kepentingan pribadi. Namun, dalam praktiknya, manusia tidak hanya didorong oleh kepentingan pribadi, namun karena adanya dorongan dari kondisi-kondisi yang ada di lingkungan sekitar, maka dari itu, kaitan terhadap ilmu psikologi terhadap perilaku seorang individu menawarkan pandangan yang sangat menarik dalam kehidupan individu dan/atau masyarakat. Kebahagiaan merupakan salah satu indikator seseorang yang telah mencapai tujuan tertentu dalam hidupnya, kebahagiaan juga secara fundamental menjadi salah satu hal yang pastinya diinginkan oleh masing-masing individu dalam menjalani hidupnya (Putra & Subidia, 2019).


Disamping itu, kebahagiaan tentunya juga bersifat saling berketerkaitan dengan keharmonisan sosial. Dalam hal ini, keharmonisan sosial dapat memicu adanya kebahagiaan, dan kebahagiaan tersebut dapat memicu terjadinya keharmonisan sosial, baik dalam skala mikro maupun dalam skala makro. Keharmonisan tersebut ditandai dengan adanya hubungan yang baik dengan antara sesama manusia, dan daripadanya hal tersebut dapat memicu kebahagiaan, terutama karena manusia sebagai makhluk sosial, membutuhkan afeksi dan juga membutuhkan rasa saling memiliki atau sense of belonging antara manusia lain yang terdapat dalam lingkup sosialnya. Kebahagiaan dalam skala yang lebih luas tersebut dapat dipicu dengan adanya keharmonisan pada skala mikro yaitu keharmonisan dengan anggota keluarga inti hingga adanya keharmonisan dengan lingku pertemanan sejawat serta rekan-rekan pendidikan maupun kerja yang terdapat dalam realitas sosial dari seorang individu. Dalam hal ini, baik keharmonisan sosial maupun kebahagiaan tersebut tentunya dipengaruhi juga karena adanya variabel kebudayaan yang melekat pada individu, karena pada dasarnya nilai-nilai yang terdapat di dalam kebudayaan tersebut pada akhirnya berpengaruh pada pemaknaan manusia mengenai konsep kebahagiaan itu sendiri, sehingga dapat dikatakan bahwa kebahagiaan dikonstruksikan dengan adanya kerangka kebudayaan yang tentunya berbeda-beda pada masyarakat di dunia, dan khususnya di Indonesia yang cenderung beragam-ragam, sehingga pada akhirnya membentuk konsep kebahagiaan yang unik yang dikaitkan dengan kebudayaan Jawa. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas mengenai bagaimana konsep kebahagiaan tersebut berkesinambungan dengan konsep keharmonisan sosial yang nantinya akan dikaitkan pula dengan kebudayaan Jawa.

B.TUJUAN
-Memahami bagaimana kebahagiaan dapat terbentuk pada konteks masyarakat Jawa
-Memahami bagaimana kebahagiaan dalam konteks masyarakat Jawa tersebut dapat menciptakan keharmonisan sosial di antara masyarakat Jawa

C. LANDASAN TEORI
1.Keharmonisan Sosial
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, harmoni memiliki makna yang berarti selaras atau serasi, sedangkan sosial merupakan suatu hal yang berkaitan dengan masyarakat. Keharmonisan sosial merupakan suatu konsep dalam ilmu sosial yang membahas mengenai adanya suatu kondisi yang membuat masyarakat yang ada di dalam suatu kelompok memiliki hubungan yang baik dan harmonis. Keharmonisan tersebut ada karena adanya tujuan yang sama dalam setiap individu, sehingga hal tersebut menghasilkan sebuah sikap solidaritas (Taufiq, 2014). Keharmonisan sosial merupakan sebuah keseimbangan dalam suatu kehidupan dalam bermasyarakat, kesinambungan tersebut tak dapat dipisahkan di dalam masyarakat, karena keharmonisan akan mewujudkan suatu sikap saling menghargai dan adanya rasa sense of belonging di antara satu sama lainnya. Keharmonisan sosial tidak akan terwujud jika tidak terciptanya kehidupan yang damai antar sesama, dan setiap anggota masyarakat tentunya memiliki perbedaan. Dalam konteks masyarakat adat, terutama di dalam negara Indonesia yang terkenal sebagai salah satu negara yang memiliki budaya dan suku yang beragam, yang mana kebudayaan-kebudayaan tersebut memiliki heritage nya masing-masing. Masyarakat adat cenderung sangat menjunjung adat istiadat yang telah ada antargenerasi secara turun temurun, hal tersebutlah yang menjadikan suatu masyarakat adat memiliki tujuan dan jalan hidup yang sama dalam berinteraksi di dalam suatu kelompok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun