Mohon tunggu...
Yesri Saefatu
Yesri Saefatu Mohon Tunggu... Guru - Menulis saja

Menulis untuk kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan Cantik di Mata Laki-Laki

15 September 2020   19:06 Diperbarui: 15 September 2020   20:43 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Freepik

Seorang gadis berlesung pipi memecah konsentrasiku menyimak upacara adat pernikahan sepupu dekatnya. Dengan balutan kain tenunan Buna Amanuban, ia terlihat mempesona di antara perempuan-perempuan pemegang dulang peminangan.

Seketika aku menoleh ke belakang. Aku dikagetkan oleh seorang perempuan yang tak kalah manis pula tapi kalah dalam persaingan menarik pandangan mataku. Menurutnya, aku tak berkedip sejak satu jam yang lalu.

Aku tak malu mengungkapkan kagumku pada perempuan itu. Aku tidak pernah melihat sosok gadis seperti dirinya. Aku juga tidak pernah merasakan kekaguman seperti ini. Bahkan, aku tidak pernah mengalami perasaan jatuh cinta pada pandangan pertama.

Malam itu, pertama kali dalam hidup, aku merasakan hal itu. Tapi, aku sadar bahwa akhirnya aku merasakan apa yang pernah kudengar. Jatuh cinta untuk pertama kalinya.

Jantungku berdebar kencang. Tulang-tulang rusuk terasa kurang dan bergerak. Kedua bola mataku tak ingin berkedip lagi. Dan sesekali aku tersenyum sendiri, berimajinasi tentang pacaran.

Setelah empat jam berdiri, gadis perusak konsentrasi itu mencari tempat duduk untuk meletakkan pantatnya dan menggantungkan kedua kakinya yang tak sanggup lagi menopang tubuhnya yang berbentuk gitar espanyola.

Aku berharap ia melirik sebuah kursi kosong di sampingku, agar memudahkan rencana-rencana nakalku. KELAPA, Kenalan Langsung Pacaran. Sebuah istilah ABeGe di zaman itu. Atau, setidaknya dapat memanjakan mataku dengan senyum-senyum manis yang dilepas.

Di saat ia melakukan salah satu peraturan baris-berbaris, balik kanan mencari kursi yang kosong untuk melepas lelahnya, betapa sialnya aku, harus bersaing dengan beberapa lelaki yang sedang jatuh cinta dengannya. Bagaikan kembang bunga yang layu, ekspektasiku tiba-tiba hilang ketika mataku melihat sebuah kursi kosong di samping seorang seorang laki-laki playboy di kampungku.

Laki-laki playboy itu terkenal dengan wajah tampan dan dikejar oleh banyak wanita dari kampung-kampung sebelah. Saat itu ia yakin bahwa perempuan itu akan jatuh cinta dengannya dan akan menolak laki-laki yang lain, apalagi sosok laki-laki sepertiku.

Bermodalkan wajah yang indah di antara perempuan yang hadir, perempuan itu seolah-olah melihat pikiran dan merasakan perasaan laki-laki itu, termasuk aku. Ia lebih memilih duduk di pangkuan ibunya yang berjarak 5 meter dariku dan 10 dari laki-laki pesaingku.

Akan tetapi, ibunya yang sudah berusia senja tak mampu menahan beban berat tubuh anak gadisnya itu. Ya, kedua betis kakinya yang berbentuk perut padi pun tak kuasa menahan berat badannya yang berlekuk-lekuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun