Hingga detik ini, hati dan pikiranku tak kuasa menyelami pertemuan itu, pertama kali aku melihatmu, bermain-main dengan peraga matematika.
Saat itu, jemari tanganmu memainkan segenggam kancing dan mengajariku operasi aljabar, aku tersenyum, sejenak kau menjadi guru dan aku menjadi murid.
Aku pun tak mengerti mengapa pandangan pertamaku membuat aku jatuh cinta padamu? dengan segala alibi aku ingin selalu menemani setiap akhir pekan, melihatmu mengajari murid-muridmu layaknya aku, aku ingin melihat tersenyum.
Aku mencintaimu.
Aku tak mengerti mengapa kalimat ini keluar dari mulutku begitu cepat? Di saat menemani makan malammu, katanya, itulah cinta, siapa yang mengerti? Aku sangat mencintaimu.