Mohon tunggu...
Yesi Hendriani Supartoyo
Yesi Hendriani Supartoyo Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Pertanian Presisi Berbasis Digital Era 4.0

17 Mei 2019   13:39 Diperbarui: 17 Mei 2019   13:43 2822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Republik Indonesia, Ir. Joko Widodo dalam Lampiran Pidato Presiden Republik Indonesia tahun 2018 menyebutkan bahwa capaian utama pembangunan produksi pangan utama dalam negeri yang mencakup komoditas padi, jagung, kedelai, daging sapi dan gula sebagian besar meningkat dalam tiga tahun terakhir. Modernisasi pembangunan pertanian Indonesia antara lain dilakukan dengan memperkuat kelembagaan ekonomi petani.

Di satu sisi, masih terdapat permasalahan sumber daya manusia pertanian dan kelembagaan petani (tata kelola kelompok tani), khususnya terkait tingkat pendidikan dan keterampilan petani, kapasitas kelembagaan petani, serta masalah kemiskinan dan ketimpangan di pertanian dan perdesaan. Selain itu, regenerasi petani masih menjadi tantangan, dimana pada saat ini jumlah petani semakin menurun, sehingga mengakibatkan proses adopsi teknologi pertanian menjadi terhambat.

Selain itu, tingkat ketersediaan dan kehandalan infrastruktur sumber daya air bagi pertanian masih rendah yang berdampak terhadap upaya peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian. Ketersediaan infrastruktur publik lain di perdesaan pun harus terus ditingkatkan agar mampu mendukung tumbuhnya aktivitas sektor ekonomi yang berbasis sumber daya pertanian.


Tantangan lain yang harus dihadapi dalam jangka menengah dan panjang adalah disrupsi ekonomi, diantaranya digitalisasi dan revolusi industri 4.0. Digitalisasi ekonomi terbukti telah memberikan perubahan yang mendasar terhadap perilaku agen ekonomi di masyarakat, salah satunya konsumen. Revolusi industri 4.0 dengan perkembangan otomasi, robot dan kecerdasan buatan akan memberikan dampak terhadap penyerapan tenaga kerja dan perubahan kebutuhan jenis SDM yang dibutuhkan di industri, tidak terkecuali di bidang pertanian.

Isu di bidang pertanian juga tidak terlepas dari konteks global. Perekonomian global diperkirakan akan menghadapi berbagai tantangan pada periode mendatang. Diantaranya mengenai tren digitalisasi dan revolusi industri 4.0. Tren tersebut akan berdampak besar terhadap struktur perekonomian dalam masa depan. Adapun arah dan strategi kebijakan pengendalian inflasi nasional difokuskan pada pembenahan tata niaga pangan melalui penguatan kelembagaan dan pemanfaatan teknologi digital.


Forum Global untuk Pangan dan Pertanian (Global Forum for Food and Agriculture/GFFA) pada Januari 2019 silam berlokasi di Jerman mengadakan pertemuan dan mengusung tema "Agriculture goes digital -- smart solutions for future farming". Ide besar yang diusung ialah tentang akses dan upaya pemanfaatan terhadap teknologi oleh petani, serta membahas tentang jaminan keamanan dan kedaulatan data. Dijelaskan lebih lanjut bahwa pembenahan tataniaga pangan perlu dilakukan diantaranya melalui pemanfaatan teknologi digital.

Program Kartu Tani oleh Kementerian Pertanian dapat menjadi salah satu contoh elektronifikasi bantuan subsidi pupuk secara non tunai. Kartu Tani memuat alokasi jenis pupuk per petani. Penggunaan kartu tani oleh Petani melalui penebusan dengan cara menggesek kartu tani pada peralatan mesin Electronic Data Capture (EDC) di kios. Kerangka kerja kartu tani pada intinya ialah menjadi elemen data yang dapat menampung kebutuhan petani. Semua bank penerbit kartu tani bertanggungjawab atas penggunaan kartu tani. Serta penyeragaman platform untuk sinkronisasi dan kompilasi data.


Selain itu, ada platform HARA yang merupakan penyatuan antara digitalisasi dan upaya menciptakan visibilitas di industri pertanian. HARA menggunakan pertukaran data berbasis Blockchain secara global dan transparan. Sekiranya terobosan dan inovasi di bidang pertanian semacam ini dapat menjadi pilihan di era revolusi industri 4.0


Inovasi seperti pertanian presisi memungkinkan pengumpulan data berharga yang akan memberikan semua pemegang saham peluang baru. Pertanian presisi adalah taktik manajemen pertanian modern yang memanfaatkan IoT, big data, dan satellite imagery untuk memaksimalkan sumber daya dan meningkatkan produktivitas.

Pertanian yang presisi adalah salah satu komponen penting dalam pasar smart -- agriculture. Pasar smart -- agriculture diproyeksikan tumbuh dari $ 5,18 miliar pada tahun 2016 menjadi $ 11,23 miliar pada tahun 2022 pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan sebesar 13,27 % antara 2017 dan 2022.

Kerangka kelembagaan yang dibutuhkan di bidang investasi untuk mendukung PP Percepatan Peningkatan Ekspor dan Nilai Tambah Industri Pengolahan adalah Peningkatan Daya Saing Industri Andalan Non Pangan yaitu pendirian Pusat Manufaktur Digital yang diharapkan dapat mendukung penerapan dan adaptasi Industri 4.0 oleh pelaku industri nasional. Peran lembaga akademik dan penelitian juga menjadi penting dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan baru serta mempercepat inovasi dan adopsi teknologi di sektor pertanian.


Berdasarkan Kerangka Ekonomi Makro dalam Rencana Kerja Pemerintah 2020 sebagaimana disampaikan oleh Pihak Kementerian PPN/Bappenas pada Rakorbangpus 2019 disebutkan bahwa Arah Kebijakan Makro 2020 ialah meningkatkan pertumbuhan potensial Indonesia diantaranya melalui transformasi struktural untuk peningkatan kesejahteraan khususnya terkait dengan modernisasi pertanian. Hal ini menunjang pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Dari sisi produksi, transformasi struktural untuk peningkatan kesejahteraan dapat berbentuk modernisasi pertanian melalui upaya peningkatan produktivitas serta pendapatan petani dan nelayan sebesar 3,77 -- 3,79 pada tahun 2020 mendatang.

Berkenaan dengan hal tersebut, pembangunan pertanian terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat. Produksi bahan pangan dan komoditas pertanian tersebut juga berperan besar dalam menopang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi makro. Selain itu, pembangunan pertanian diarahkan untuk mampu memberikan sumber kesejahteraan bagi pelaku aktivitas ekonomi di pertanian dan perdesaan serta berperan dalam menjaga keberlanjutan ekosistem.

Akhir kata, perlu dipahami bahwa transformasi digital adalah langkah besar ke depan yang membawa proses perubahan budaya yang besar. Seiring berjalannya waktu, revolusi pertanian digital terus menjadi fokus. Digitalisasi di bidang pertanian diharapkan akan dapat membantu para petani untuk memanfaatkan peluang yang disajikan secara digital. Selanjutnya, pemantauan digitalisasi di sektor pertanian perlu terus dilakukan. Tujuannya ialah untuk mendorong upaya digitalisasi dan mengatasi terjadinya kesenjangan digital. Modernisasi pertanian menjadi penting dalam rangka mencapai target swasembada pangan berkelanjutan. Strategi pembangunan pertanian terkait arah kebijakan tersebut diantaranya berupa perluasan adopsi teknologi pertanian, serta peningkatan inovasi pertanian.  

Ayo, bertani pintar di era digital!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun