Mohon tunggu...
yesi  dermha
yesi dermha Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Airlangga.

Suka membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peran Sastra terhadap Historiografi Indonesia

30 Desember 2020   14:38 Diperbarui: 30 Desember 2020   14:53 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transgressive art on Pinterest

Sejarah tak dapat dipisahkan dari kumpulan cerita-cerita hebat tak terulang di masa lalu. Sejak sebelum bangsa Indonesia mengenal adanya tulisan, sejarah telah diberitakan dengan berbagai cara, salah satunya yakni dengan menceritakan dari mulut ke mulut. Dengan metode penceritaan dari mulut ke mulut ini sejarah yang hadir tentunya berdasarkan versi para penuturnya untuk kemudian menjadi ingatan kolektif tidak hanya bagi penuturnya tapi juga bagi banyak orang.

Tidak berhenti di situ, sejarah terus diceritakan dan semakin gencar diceritakan setelah bangsa Indonesia mengenal tulisan. Bangsa Indonesia mampu mengenal tulisan dan juga membaca tak terlepas dari pengaruh budaya India serta agama yang dibawanya pada saat itu yakni Hindu-Budha. Akulturasi budaya bangsa Indonesia pada masa Hindu-Budha membawa banyak perkembangan di bidang aksara dan sastra, sebab setelahnya orang-orang Indonesia mampu mengenal bahasa dan huruf seperti Sansekerta dan Pallawa. Pada masa Hindu-Budha juga mulai muncul cerita-cerita sastra sejarah seperti cerita Mahabarata dan Ramayana.

Pada perkembangannya penulisan sejarah dikenal dengan istilah historiografi sejarah. Dalam kepenulisannya, historiografi Indonesia tentu dipengaruhi pula oleh kondisi dan perkembangan sastra atau pula susastra Indonesia. Sastra sendiri memiliki definisi yakni karya estetis imajinatif yang sulit untuk didefinisikan secara penuh. Hal tersebut mengingat perkembangan sastra dan teori-teorinya yang selalu mengikuti perkembangan kreasi sastra yang konvensinya selalu berkembang dan berubah sesuai zaman. Kendati demikian jika dijabarkan mendetail maka karya sastra meliputi beberapa hal khusus yang membedakan namun selalu berkaitan dan memengaruhi kepenulisan secara general, salah satunya ialah historiografi di Indonesia.

Artikel ini akan membahas perjalanan, perkembangan dan kaitan sastra maupun kesusastraan terhadap historiografi di Indonesia berdasarkan periodesasi sejarah Indonesia.

Perkembangan Sastra Dalam Historiografi Indonesia

Pembahasan terkait sastra, perkembangan serta pengaruhnya pada perjalanan historiografi Indonesia berasal dari beberapa buku sastra. Pada artikel ini buku kajian mengenai sastra didapatkan melalui buku berjudul "Sejarah Ringkas Kesusastraan Indonesia" karya Muhri dan "Sejarah Perkembangan Sastra Indonesia" karya Junus. Dalam dua buku tersebut terdapat berbagai informasi mengenai sastra, sejarah sastra maupun kesusastraan yang kemudian menjadi acuan identifikasi perjalanan historiografi Indonesia dari masa ke masa.

Setelah membaca dan mengulas kedua buku terkait sastra diatas maka perjalanan historografi di Indonesia dapat dipertakan berdasarkan periodesasinya sebagai berikut:

  • Tradisional: Pada periode ini Indonesia masih terkotak dalam kerajaan-kerajaan dari kerajaan kecil hingga kerajaan besar nan mahsyur seperti Kutai, Sriwijaya, Majapahit, dan lain sebagainya. Penulisan sejarah atau historiografi Indonesia pada masa ini terpusat pada kisah-kisah golongan penguasa kerajaan dan banyak tercampur dengan kisah-kisah mistis Raja atau pula kepercayaan pada masa itu. Pada masa ini pula sastra yang berkembang dan memengaruhi kepenulisan historiografi di Indonesia ialah corak penulisan dengan banyak menggunakan perumpamaan klise, peribahasa-peribahasa, juga dengan menggunakan bahasa sehari-hari, banyak menggunakan digresi, bercorak romantis dan didaktis. Penggunaan ciri pembahasan sastra tradisional ini juga berpengaruh pada penulisan historiografi yang melibatkan banyak perumpamaan klise, peribahasa dan metode penulisan bersifat romantis, digresi dan didaktis.
  • Era Kependudukan Belanda - Awal Abad 20: Pada masa kependudukan Belanda, baik sastra maupun historiografi Indonesia telah beralih menjadi bentuk penulisan yang jauh lebih ilmiah. Ada banyak pembahasan bersifat mistis yang ada pada historiografi Indonesia era tradisional yang telah ditinggalkan. Kendati demikian, penulisan sastra dan historiografi di Indonesia berisi cerita dengan banyak kepentingan pihak Belanda atau dapat disebut dengan istilah Nerlando-sentris maupun Eropa-sentris. Hal ini bertujuan untuk melegitimasi kedudukan Belanda di daerah jajahannya dengan menunjukan peran yang baik melalui serangkaian cerita atau pula teks sejarah. Pada perkembangannya, di awal abad ke-20, sastra juga penulisan sejarah Indonesia mengalami fase transisi di mana pada setiap penulisannya mulai meninggalkan sejarah yang bersifat Eropa-sentris maupun Nerlando-sentris. Kemudian, muncul lah gagasan baru yang disebut sebagai Indonesiasentris. Ciri sastra yang berkembang pada periode ini awalnya penuh berpusat pada Belanda, namun kemudian berganti dengan penggambaran idealisme, emansipasi dan perjuangan bangsa.
  • Era Kependudukan Jepang: Pada masa pendudukan Jepang, sastra juga historiografi Indonesia tidak terlalu menunjukan perkembangan yang signifikan. Hal itu disebabkan karena masa kependudukan Jepang yang singkat, serta fokus Jepang saat berada di Indonesia terfokus banyak pada bidang militer. Namun, pada akhir penjajahan Jepang, terdapat usaha untuk menulis buku sejarah Indonesia versi Indonesia. Usaha tersebut menghasilkan beberapa hasil karya mukhtahir seperti "Sedikit tentang Sedjarah Asia Timoer Raja", "Sedjarah Tanah Djawa" dan "Sedjarah Indonesia". Sastrawan dan sejarawan yang terkenal pada era ini adalah Sanusi Pane. Sanusi Pane menuliskan sejarah dengan menggunakan banyak istilah ke-Indonesiaan, meskipun begitu, tulisannya tetap dianggap sebagai tulisan bersifat Nerlando-sentris dan belum menjelaskan Indonesia pada periode penjajahan Jepang. Sastrawan dan sejarawan lain yang telah mampu menjauhi nuansa Belanda dan amat sangat berorientasi Jepang adalah Prijono. Beliau menuliskan sejarah Indonesia dengan banyak cerita yang dimaksudkan untuk menyanjung pihak Jepang. Pada periode ini pun, sastra banyak berkembang melalui tulisan-tulisan propaganda. Pada masa itu, Jepang bahkan mengadakan sayembara penulisan cerita, baik cerpen maupun naskah sandiwara, yang sifatnya propaganda. Penulis yang berhasil menuliskan cerpen propaganda pada masa Jepang adalah Henrik Ibsen juga Nur Sutan Iskandar.
  • Era Kemerdekaan: Pada era kemerdekaan, baik historiografi maupun sastra berkembang pesat. Hal ini dikarenakan banyaknya kejadian penting yang terjadi di awal pembentukan bangsa Indonesia. Selain itu, keleluasaan mengemukakan pemikiran melalui tulisan terasa jauh dari kungkungan pihak asing. Bentuk penulisan sejarah maupun sastra sepenuhnya bertemakan kebangsaan atau pula kemanusiaan secara umum, humanisme serta hak asasi manusia. Sastrawan yang terkenal adalah Chairil Anwar juga Muhamad Yamin. Tulisan Muhamad Yamin banyak mencerminkan semangat nasionalisme terhadap bangsa Indonesia, meskipun tak jarang banyak melebih-lebihkan. Beliau juga pelopor utama penulisan sejarah dalam bahasa Indonesia.
  • Era Modern: Pada era ini, penulisan sastra dan sejarah tidak terbatas pada satu orientasi dan juga tidak terikat pada aturan-aturan tertentu. Pada masa ini, historiografi Indonesia lekat dengan fenomena politik serta kepentingan pihak-pihak tertentu. Dalam perberkembangannya banyak cerita-cerita sejarah yang sifatnya lebih liberal atau bebas dan demokratis dalam artian baik sejarawan maupun sastrawan bebas menuliskan tanpa takut akan kritik dan cekal yang dapat  diberikan oleh pemerintah (meskipun hal ini bergantung pada kebijakan penguasa yang sedang berkuasa). Di era ini pula banyak penulisan sejarah atau historiografi Indonesia dan sastra yang berkembang melalui media online dan juga koran-koran terbitan model baru yang berbasis online seperti kompas.com, detik.com, dll.
  •  

Peran Sastra Terhadap Historiografi Indonesia

Jika membahas peran sastra terhadap Historiografi Indonesia maka akan lebih banyak terfokus pada buku "Sejarah Perkembangan Sastra Indonesia" karya Junus. Hal tersebut dikarenakan sejalan dengan pembahasan buku yang berfokus pada sejarah perkembangan sastra di Indonesia maka dengan menganalisisnya lebih jauh kita akan mendapatkan beberapa kesimpulan terkait peran sastra terhadap Historiografi Indonesia berdasar dari kacamata sejarah perkembangan sastra Indonesia yang mampu mencirikan sifat tulisan di tiap zamannya.

Pada periode tradisional historiografi Indonesia biasanya berciri penulisan yang bersifat magis, banyak sekali majas hiperbola serta keterangan kejadian yang dilebih-lebihkan, ada juga penggunaan peribahasa-peribahasa juga bahasa kedaerahan, karya sejarah dan sastra pun banyak berbentuk legenda, mitos, dan dongeng. Hal ini menjadi penanda sastra bagi historiografi Indonesia di era tradisional.

Di era-era selanjutnya juga dapat kita temukan berbagai penanda sastra dalam tiap karya historiografi Indonesia. Pada masa kependudukan belanda ditandai dengan penulisan sejarah yang berorientasikan pada Compagnies Histories yang berarti:

  • Mengabaikan realitas yang sesungguhnya yang ada di Indonesia.
  • Menggunakan prespektif Nerlando-centris.
  • Mengabaikan banyak peristiwa dalam konteks bangsa Indonesia.
  • Sempit dan tidak lengkap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun