Mohon tunggu...
yesi  dermha
yesi dermha Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Airlangga.

Suka membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Tetap Happy and Chill di Tengah Pandemi

18 November 2020   17:51 Diperbarui: 18 November 2020   18:17 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kesehatan merupakan "barang" mahal. Pernyataan disamping tak jarang kita dengar sebagai perumpamaan tentang seberapa berharganya jiwa dan raga yang sehat. Dapat kita ketahui, olahraga adalah cara alami dalam menjaga kesehatan atau menjauhkan tubuh dari berbagai penyakit. Olahraga sendiri dapat didefinisikan sebagai aktivitas jasmani yang memiliki ciri permainan dan unsur suatu perjuangan baik dilakukan sendiri maupun dengan orang lain.

Secara umum olahraga memiliki berbagai macam manfaat bagi tubuh seperti, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kemampuan otak, membantu proses penuaan, dan masih banyak lagi. Namun yang perlu kita ketahui, olahraga tidak hanya bermanfaat bagi tubuh saja namun juga bagi kesehatan jiwa atau biasa kita sebut dengan kesehatan mental.

Lalu apa yang disebut dengan kesehatan mental? Berikut pengertian kesehatan mental menurut beberapa ahli. Menurut Pieper dan Uden (2006), kesehatan mental adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang realistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya. Serta memiliki kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidup.

Sedangkan menurut Ihrom (2008), kesehatan mental adalah terwujudnya integritas kepribadian, keselarasan dengan jati diri, pertumbuhan kearah realisasi diri dan ke arah hubungan yang sehat dengan orang lain. Sehingga kesehatan mental merupakan kondisi apa bila tingkat "kesejahteraan mental" individu berdungsi secara adekuat dapat menikmati hidupnya secara seimbang dan mampu menyesuaikan diri menghadapi tantangan hidup dan mampu berkontribusi pada kehidupan sosial-budaya dan agama, yang mana memiliki peran dalam memberi batasan sehat atau tidak sehat. Dalam pengertian yang lebih positif tersebut kesehatan mental merupakan fondasi dari tercapainya kesejahteraan (well-being) individu dan fungsi yang efektif dalam komunitasnya.

Berdasarkan beberapa pengertian yang diberikan oleh ahli, kesehatan mental sama krusialnya dengan kesehatan tubuh yang dapat diperoleh dari olahraga. Lalu kembali muncul pertanyaan, apakah kesehatan mental juga bisa diperoleh dengan rutin berolahraga? Maka jawabannya tentu saja bisa.

Jika menarik benang merah antara kondisi pandemi saat ini dengan kebutuhan olahraga untuk kesehatan badan dan mental, maka kita akan menemukan sebuah korelasi yang relevan. Mengapa demikian? Pandemi COVID-19 atau dikenal juga dengan virus corona setidak-tidaknya mengubah berbagai pola kehidupan dan kebiasaan masyarakat hampir di seluruh belahan dunia. Perubahan tersebut terjadi begitu cepat tanpa adanya "peringatan" diawal atau pula "jalan keluar" dari masa-masa pelik pandemik COVID-19.

Menurut WHO (2019), stress yang muncul selama pandemi dapat berupa:

  • Ketakutan dan kecemasan mengenai kesehatan diri maupun kesehatan orang lain yang disayangi.
  • Perubahan pola tidur dan atau pola makan.
  • Sulit tidur dan konsentrasi.
  • Memperparah kondisi fisik seseorang yang memang memiliki riwayat penyakit kronis dan atau gangguan psikologis.
  • Menggunakan obat-obatan (drugs)

Ketakutan-ketakutan lain akan kehidupan yang berubah karena adanya pengurangan tenaga kerja, mandeknya roda ekonomi global atau dunia, perkuliahan dan juga sekolah di berbagai jenjang lain yang secara represif harus berubah menjadi serba daring juga menjadi faktor penyebab meningkatnya stress dan kelelahan secara mental.

Stress, kecemasan berlebih, ketakutan akan masa depan yang nampak suram semenjak COVID-19 melanda sejatinya dapat disiasati dengan berbagai macam hal. Terlalu naif jika kita mengatakan bahwa "selama pandemi saya merasa kesehatan mental saya baik-baik saja, tidak merasakan perubahan dan juga gejala stress atau lelah mental" sebab pada kenyataannya pandemi COVID-19 amat sangat berdampak baik dari segi ekonomi, kehidupan sosial, psikis, dan masih banyak lagi.

Cara menyiasati perubahan kondisi mental dapat dilakukan dengan berolahraga. Usahakan untuk selalu rutin berolahraga dengan kapasitas waktu yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Dengan berolahraga, aktivitas yang terjadi di otot mampu menurunkan jumlah hormone kartisol yang merupakan hormone pemicu stress dalam tubuh. Hormone kartisol yang turun saat berolahraga mampu digantikan dengan hormone endorphin yakni hormone yang berperan dalam kestabilan suasana hati atau mood serta mencegah stress.

Olahraga yang disarankan untuk dilakukan bukanlah olahraga berat seperti angkat barbell, lari marathon, atau lempar lembing melainkan olahraga ringan yang bisa dilakukan di mana saja sambil menyesap teh hangat dicampur madu, mendengarkan lagu atau menonton drama korea dari layar televisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun