Mohon tunggu...
Yesi Andriani
Yesi Andriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ilmu Komunikasi

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lembaran Asa Si Gadis Desa

19 Juni 2021   13:13 Diperbarui: 19 Juni 2021   13:26 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dari atas gedung lantai 10 tampak sosok wanita berjilbab hijau, dengan baju panjang selutut yang dipadu padankan dengan celana hitam di atas mata kaki, nampak sederhana namun terlihat casual bagi pasang mata yang melihatnya. Wanita yang sekarang menginjak usia 19 tahun itu, memandang hamparan bangunan yang terpapang nyata di bawah sana, hirup pikuk perkotaan bergitu terasa. Senyum merekah di bibir tebal merah alaminya. Sosok wanita itu bernama Yesi Andriani.

Gadis desa yang bermigrasi ke ibu kota untuk melanjutkan studinya ke jenjang perguruan tinggi. Hanya dengan bermodalkan secarik kertas pengumuman berwarna hijau, dengan rasa keberanian, dia berangkat ke kota metropolitan seorang diri. Tidak pernah menyangka dalam hidupnya, anak orang tak mampu sepertinya biasa diterima di Perguruan Tinggi Negeri di Jakarta. Ternyata Tuhan berbesar hati mengabulkan lantunan doa yang dia panjatkan.

Teringat kembali beberapa waktu silam, bagaimana perjuangan gadis ini untuk berada diposisinya sekarang. Tujuan awal bersekolah di salah satu SMK Swasta di Pulau Jawa, agar setelah lulus sekolah dia bisa langsung bekerja lantaran mengingat keadaan ekonomi keluarganya yang bisa dibilang serba pas-pasan. Sehingga tidak memungkinkan baginya untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Namun, mimpi itu masih tetap ada, berfoto bersama kedua orang tua menggunakan toga dengan mengemban gelar sarjana.

Hingga saat kenaikan kelas 12, sebuah brosur pengumuman di mading sekolah menggugah kembali semangat yang pernah layu itu menjadi hidup. Pengumuman pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) membuat jiwanya meronta. Dengan segenap tekatnya, dia melangkahkan kaki nya menuju ruang Bimbingan Konseling untuk mengajukan namanya untuk mendaftar seleksi SNMPTN. Sampai dimana seorang guru yang mengerti akan kondisinya menyarankan untuk mendaftar SNMPTN sebagai pelamar beasiswa Bidikmisi. Setiap hari tak pernah lelah baginya mengunjungi ruang BK, berkomunikasi terus dengan sang guru.

Hingga isu itu sempat mematahkan semangatnya. Hanya ada peluang 5% siswa SMK untuk dapat lolos SNMPTN. Dengan bermodalkan wifi sekolah, dia mencari artikel seputar tips tembus SNMPTN untuk anak SMK. Dan beberapa artikel menyebutkan bahwa salah satu tipsnya adalah grafik nilai raport semester 1-5 yang harus stabil. Dia melihat kembali nilai rapotnya selama ini dan nilainya selalu mengalami kenaikan setiap semesternya.

Hasil tidak akan pernah menghianti usaha, mungkin itu kata pepatah. Saat pengumuman hasil seleksi SNMPTN, dari 52 orang siswa yang mendaftar SNMPTN di sekolahnya hanya 2 orang yang diterima di PTN dan salah satunya adalah dia. Dia diterima di program studi Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Jakarta dengan beasiswa Bidikmisi full selama 4 tahun kuliah. Sebuah pencapaian yang luar biasa dalam berjalanan hidupnya.

Dari sini kita bisa melihat selagi ada kemauan dan usaha, semua mimpi yang awalnya dianggap mustahilpun akan menjadi sebuah kenyataan. Perjuangannya tidak berhenti sampai disini. Ini adalah awal perjalanan hidupnya dimulai untuk meraih kesuksesan demi memutus mata rantai kemiskinan dan menjunjung tinggi harkat dan martabat keluarga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun