Mohon tunggu...
Yeremias Nino
Yeremias Nino Mohon Tunggu... Mahasiswa - Musafir

Cogito Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Relasi Cinta dalam Kehidupan Keluarga

9 Februari 2021   11:50 Diperbarui: 9 Februari 2021   12:13 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

RELASI CINTA DALAM KEHIDUPAN KELUARGA

(PERSPEKTIF ARMADA RIYANTO)

 

Abstrak

Fokus penulis dalam paper ini ialah akan mengulas tentang relasi cinta dalam kehidupan keluarga menurut perspektif Armada Riyanto. Memahami relasi cinta dalam kehidupan keluarga sangatlah penting. Karena dasar untuk membangun sebuah kehidupan keluarga harus didasarkan pada relasi cinta yang baik. Pemahaman ini menjadi finalitas dalam membangun kehidupan keluarga. Untuk mencapai pemahaman ini, manusia tidak perlu pergi jauh-jauh mencari arti relasi cinta. Karena pemahaman yang sejati tidak jauh dari diri manusia. Namun, yang menjadi problemnya adalah tidak semua manusia mampu memahami cinta dalam kehidupan keluarga. Bertitik tolak dari problem ini, penulis ingin mengafirmasikan bahwa cinta yang sejati terletak pada relasi. Kehidupan keluarga yang bertahan dengan pernikahan karena mereka mampu memahami substansi kehidupan keluarga. Metodologi yang digunakan dalam tulisan ini bersumber pada buku relasionalitas, menjadi mencintai dan beberapa sumber lain. Dalam paper ini penulis sampai pada temuan bahwa memahami cinta dalam kehidupan keluarga sangat penting karena kehidupan keluarga dibangun atas dasar relasi.

Kata kunci: Relasi, Cinta, Keluarga, Allah, Manusia

  • Pengantar

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang perlu relasi dan cinta dalam menjalani hidupnya. Hidup tanpa relasi dan cinta sama dengan rasa dahaga. Tidak ada yang memberikan suatu makna bagi hidup manusia kecuali cinta dan relasi.  Relasi dan cinta memiliki makna yang luas dalam hidup manusia. Rasa saling mencintai merupakan hal yang esensial dalam kehidupan keluarga. Hidup manusia hanya sementara, akan lebih indah bila di dalamnya ada relasi dan cinta. Kehidupan manusia yang hidup dilandasi dengan relasi dan cinta, akan tercipta sebuah kehidupan keluarga yang harmonis. Mengapa? Karena relasi yang baik sulit didapatkan. Hal ini dikarenakan manusia kurang memahami substansi relasi cinta dalam kehidupan keluarga. Eksistensi manusia di dunia pertama-tema untuk membangun sebuah keluarga lewat relasi dan cinta. Relasi dan cinta merupakan hal yang esensial dalam membentuk sebuah keluarga. Atas dasar ini maka, dalam paper ini penulis akan membahas mengenai relasi cinta dalam kehidupan keluarga menurut perspektif Armada Riyanto. Penulis ingin mengulas tema ini karena penulis melihat bahwa dewasa ini kehidupan keluarga banyak yang mengalami perceraian atau lebih real kurang mengalami kebahagiaan dalam kehidupan keluarga. Pada hal kita tahu bahwa tujuan manusia membentuk kehidupan keluarga adalah untuk saling berelasi dan saling mencintai satu sama lain. Namun hal ini tidak demikian. Indikasi ini menunjukkan bahwa kehidupan keluarga dewasa ini kurang melandaskan relasi cinta dalam kehidupan keluarga yang baik.

II. PEMBAHASAN

  • Apa itu relasi?

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang berelasi. Manusia membangun relasi pertama-tama dengan Allah. Karena ketika Allah menciptakan Adam belum ada manusia yang lain. Maka sudah pasti bahwa manusia pertama hanya berelasi dengan Tuhan.  Namun yang berinisiatif untuk membangun relasi adalah Allah sendiri. Allah berinisiatif menciptakan relasi dengan manusia karena Allah ingin manusia tetap berada dalam lindungan-Nya. Dalam kehidupan keluarga relasi itu sangat penting. Relasi itu penting karena merupakan jembatan untuk menyatukan manusia dalam satu keluarga. Dewasa ini banyak kehidupan keluarga mengalami krisis kebahagiaan. Krisis ini terjadi karena mereka kurang menciptakan relasi yang baik dalam kehidupan keluarga. Pada hal Allah memberikan potensi yang sungguh luar biasa kepada manusia. Tetapi manusia kurang menggunakan pontesi itu dengan bijaksana. Dalam hal mereka tidak menciptakan relasi dengan Allah yang begitu mendalam. Hal ini mengindikasikan bahwa manusia hanya mengandalkan egonya sendiri. Maka tidak mengherankan kalau kehidupan keluarga di zaman sekarang banyak mengalami krisis kebahagiaan. Penyebab utamanya adalah manusia tidak menciptakan relasi yang bijaksana dalam kehidupan keluarga.       

"Aku" berelasi, berkomunikasi. Jika kita kembali ke Adam, kita memiliki imajinasi demikian. Ketika untuk pertamanya kali Adam hadir, ia sendirian. Kesendirian mengatakan bahwa Adam beraktivitas namun belum berelasi. Ia harus kita katakana "belum berelasi" karena ciptaan lain tidak memiliki kesadaran mengenai "ke-Aku-annya". Ketika itu, ketika hanya Adam yang memiliki "Aku", ia adalah ciptaan yang dapat berelasi dengan pribadi lain yang lebih besar darinya, yang adalah sang "Aku". Pribadi yang lebih besar dari Adam dan yang mengatasi segala kehadiran ciptaan lain itulah Allah[1].   

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun