Pada masa kolonial Belanda, pemadam kebakaran telah ada dan dikenal di Kotapraja Malang. Pada saat itu, jawatan yang menangani kejadian kebakaran disebut dengan "brandweerverordening". Jawatan usaha ini didirikan pada 7 Juni 1920 tersebut memiliki mobil pemadam kebakaran yang rupanya berbeda dengan yang kita ketahui saat ini. Perbedaan mobil yang berbeda saat itu yakni untuk menandai keberadaan mobil tersebut tidak dengan menggunakan sirine melainkan dengan sebuah lonceng yang dipukul bertalu-talu. ]
Masyarakat Malang kala itu sering menyebut mobil pemadam kebakaran tersebut bukan dengan kata brandweer melainkan dengan kata "blangwir". Alasannya adalah karena pengucapannya yang susah, maka dari itu mereka mengambil ringkas katanya yaitu "blangwir". Kantor dinas pemadam kebakaran sendiri berada di Jl.Bingkil nomor 1, Ciptomulyo, Sukun yang letaknya berada dekat dengan pasar Comboran.Â
Memiliki fasilitas yang cukup lengkap yaitu markas, ruang kendaraan, sumur air, rumah dinas perwira, rumah dinas pegawai, tandon air, pintu akses di sebelah barat dan timur komplek pemadam, namun yang masih berfungsi adalah pintu akses bagian barat dengan dilengkapi gapura dan lonceng tanda adanya kejadian kebakaran. Dan terdapat mitos jika ada yang memegang atau mengelap lonceng akan terjadi kebakaran di kota Malang.Â
Karena ini adalah cagar budaya yang harus dilestarikan maka ada mobil PMK yang tidak gunakan. di sisi lain, suatu inovasi baru serta memanfaatkan mobil Damkar yang tidak digunakan lagi agar lebih bermanfaat. Khususnya bagi pelajar dan anak-anak usia dini, dengan adanya wisata unik ini, selain akan memberi hiburan juga diharapkan bisa menambah pengetahuan mereka. jadi setiap sabtu dan minggu gedung pemadam kebakaran kota Malang dibuka untuk umum dan wisatawan.
https://www.youtube.com/watch?v=zwLRavMcuWw
