Mohon tunggu...
Yenny r maulid
Yenny r maulid Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mari belajar bersama✨

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Puasa dan Pengembangan Emosi Anak

12 Mei 2019   23:14 Diperbarui: 12 Mei 2019   23:29 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Masa anak-anak adalah masa anak untuk belajar tentang segala sesuatu kalau menurut saya. Mengembangkan emosi anak dapat melalui beberapa tahapan. Tahapan yang pertama adalah mengenali diri dengan lingkunan, dari sini anak belajar untuk mengatur rangsang dari lingkungan dan menenangkan diri. inilah gunanya anak diajarkan untuk mengenali dirinya agar mampu mencari rangsang yang dibutuhkannya dan sebaliknya, menghindari apa yang membuatnya tidak nyaman.

Yang kedua yaitu sosial keakraban, anak belajar supaya dalam suatu komunikasi maupun pergaulan anak mampu akrab dalam bersosial, menyenangkan. Dalam hal ini orang tua sangat berperan penting dalam menanamkan anak cara bersosial dalam dunianya.

Nah, ketika anak menghadapi suatu masalah dan ia tidak mampu menghadapinya maka segala macam emosi akan ia keluarkan baik itu menangis, membanting barang, marah, memprotes, dll. sebelum hal itu dilampiaskan, tugas orang tua mengajarkan anak mengenai pembelajaran SEL Relationship Decision Making tentang bagaimana anak mampu mengambil suatu keputusan yang dapat ia tanggung jawabkan dengan baik dari hal ini pentingnya membangun komunikasi dua arah yang melibatkan aksi-reaksi agar anak mampu mengembangkan emosi sesuai dengan keadaan.

Beberapa macam emosi anak yang mampu diungkapkan, namun sering kali kita jumpai anak yang bermasalah dalam mengungkapkan emosi yang berakibat munculnya perilaku negatif anak, contohnya anak yang menangis menjerit jerit karena keinginannya tidak dipenuhi, sedih terus menerus, dan bersikap pemalu.

Kita sebagai orang tua maupun pendidik perlu mengembangkan kemampuan agar anak mampu mengekspresikan emosinya dengan baik dan bersikap positif sejak mereka usia dini.

Adapun strategi pengembangan SEL yaitu contohnya seperti mengajarkan anak dalam berpuasa, kita tidak harus serta merta langsung mengajarkan anak untuk berpuasa full seharian sampau maghrib, tapi kita sebagai orang tua mengajarkan anak agar nanti kelak ketika anak sudah baligh ia tidak mengalami kesulitan dalam melakukan kewajibannya yaitu saat usia dini mengajak anak untuk ikut sahur dengan mengenalkan apa yang dinamakan puasa itu, kemudia apabila anak sudah tidak kuat maka anak bisa makan maupun minum, atau setelah makan atau minum anak melanjutkan untuk berpuasa lagi, atau mengajarkan anak berpuasa sampu dhuhur terlebih dahulu, apabila sudah kuat bisa diterapkan sampai ashar dan seterusnya sampai maghrib.

Ataupun orang tua dapat memberi hadiah kepada anak apabila ia sudah mampu berpuasa dan menahan makan minum dengan semangat untuk berpuasa.

Nah hal itu dapat orang tua terapkan agar anak mampu belajar meskipun dengan proses yang panjang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun