Mohon tunggu...
Yenni DianAnggraini
Yenni DianAnggraini Mohon Tunggu... Guru - Guru

Just ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Strategi Pembelajaran Menghadapi Asesmen Nasional

5 Maret 2021   02:39 Diperbarui: 6 Maret 2021   21:44 3880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pelaksanaan Asesmen Nasional yang awalnya dijadwalkan bulan Maret 2021 mengalami penundaan menjadi bulan September -Oktober 2021. Tentu saja kabar ini menjadi angin segar untuk satuan pendidikan. Artinya setiap satuan pendidikan akan memiliki tambahan waktu untuk mempersiapkan siswanya menghadapi Asesmen Nasional dengan lebih baik lagi 

Sebagaimana yang disampaikan oleh mentri pendidikan nasional bahwa untuk menghadapi Asesmen Nasional siswa tidak perlu dilatih mengerjakan soal-soal atau dilakukan pengayaan. Hal itu justru akan membebani siswa, sekaligus membuat Asesmen Nasional kembali bernuansa Ujian Nasional. Yang harus disiapkan setiap satuan pendidikan adalah pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kemampuan literasi membaca dan kemampuan numerasi siswa.

Ada begitu banyak strategi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah, khususnya guru, agar siswanya tidak canggung dalam menghadai Asesmen Nasional, terutama mengerjakan soal-soal AKM. Pembelajaran yang bagaimanakah itu? Ialah pembelajaran yang meningkatkan kompetensi, karakter, dan iklim belajar. Mengingat AKM merupakan Asesmen Kompetensi Minimum, maka setidaknya siswa harus mencapai level kompetensi minimum dalam pembelajaran di kelas dalam hal ini kemampuan literasi membaca dan numerasi.

Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan mengemas aktivitas pembelajaran menjadi berbagai macam aktivitas yang menyenangkan. Melakukan kolaborasi antar mata pelajaran sehingga ada keterkaitan antara masing-masing kompetensi dasar dalam setiap mata pelajaran.  Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan stimulus yang menarik, kontekstual, kekinian dan bermakna. 

Dengan demikian siswa dapat mengkaitkan berbagai konsep dalam alam fikirnya untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Siswa tidak sekedar mempelajari teori-teori di buku, namun dapat menerapkannya dan membantunya memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa paham bahwa tujuan belajar di sekolah adalah untuk kecakapan hidup serta membantunya menyelesaikan masalah di lingkungan hidupnya (baca: masyarakat).

Aktivitas pembelajaran yang dimaksud ialah sebagai berikut. Misalkan siswa dihadapkan pada stimulus tentang maskot (land mark) di beberapa kota besar di Indonesia. Selanjutnya siswa diminta memilih lima kota besar di Indonesia yang memiliki maskot. Siswa diminta memberikan alasan mengapa memilih kelima kota tersebut. Hal ini dapat melatih kemampuan literasi membaca dan berpikir kritis pada siswa. 

Selanjutnya untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, siswa diminta membuat teks eksplanasi yang terdiri dari 1000 kata untuk menceritakan kelima kota bermaskot paling menarik. Jika dimungkinkan mereka harus menggunakan istilah di bidang arsitek/bangunan yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan untuk mata pelajaran sejarah siswa diminta menceritakan asal-usul dari maskot tersebut, serta kearifan lokal apa yang melatarbelakangi pembuatannya. 

Dari sudut pandang mata pelajaran matematika siswa dapat diminta mendeskripsikan bangun ruang apa yang digunakan untuk mendesain maskot tersebut. Sedangkan dari mata pelajaran ekonomi siswa diminta membuat rencana wisata maskot dan kuliner kota, serta menentukan tarif pengunjung dalam satu kali kunjungan. Selanjutnya siswa diminta memperkirakan keuntungan yang dapat diperoleh oleh pengelola wisata tersebut setiap bulan. 

Untuk mempromosikan wisata maskot dan kuliner tersebut siswa diminta membuat poster dan mengunggah di media sosial. Siswa harus memiliki kompetensi di bidang seni untuk membuat poster tersebut. Ternyata dari satu stimulus, dapat dihasilkan berbagai aktivitas pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Mengapa bermakna? Karena aktivitas yang dilakukan siswa sangat kontekstual dan realistis. Begitu dekat dengan kejadian dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga dikondisikan untuk dapat mengkaitkan antar konsep maupun materi agar dapat menuntaskan aktivitas pembelajarannya.

Strategi lain yang dapat dilakukan guru adalah teaching at the right level, yaitu melaksanakan pembelajaran sesuai level kompetensi dari siswa. Setidaknya ada empat level kompetensi siswa terkait dengan kemampuan literasi dan numerasi, yaitu: perlu intervensi khusus, dasar, cakap, dan mahir. Tentu saja perlakuan untuk meningkatkan kompetensi literasi membaca dan numerasi akan berbeda.

Sebagai contoh, untuk meningkatkan kemampuan literasi membaca ialah sebagai berikut. Siswa di tingkat Perlu Intervensi Khusus belum mampu memahami isi  bacaan,  siswa hanya  mampu  membuat interpretasi sederhana. Guru  IPS tidak cukup  bertumpu  pada  materi bacaan tersebut. Siswa perlu diberi bahan belajar lain secara  audio,  visual  dan pendampingan khusus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun