Mohon tunggu...
Yenni DianAnggraini
Yenni DianAnggraini Mohon Tunggu... Guru - Guru

Just ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penilaian Berbasis Opened Ended Question sebagai Alternatif Menghadapi AKM

20 Januari 2021   00:41 Diperbarui: 5 Maret 2021   03:08 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Asesmen Kompetensi Minimum atau yang lebih dikenal dengan AKM adalah bagian dari Asesmen Nasional. Di mana Asesmen Nasional itu sendiri baru akan dilaksanakan tahun ini, yang pelaksanaannya digadang-gadang sebagai pengganti  Ujian Nasional (UN). Pengganti di sini bukan bermaksud untuk menggantikan UN dalam hal output nilai penentu kelulusan siswa, namun lebih kepada fungsi asesmennya. 

Jadi pelaksanaan Asesmen Nasional, terutama AKM lebih kepada fungsi asesmen of learning sekaligus asesmen for learning. Artikel ini ditulis tidak untuk memperdebatkan penggantian UN menjadi Asesmen Nasional, melainkan lebih kepada bagaimana upaya yang dilakukan guru untuk menyiapkan siswa nya menghadapi AKM. AKM sendiri didesain untuk mengukur kompetensi minimum siswa dalam hal literasi dan numerasi. Jadi penilaian tidak berbasis mata pelajaran sebagaimana Ujian Nasional selama ini, melainkan ada tema-tema tertentu yang dijadikan stimulus soal yang harus dijawab oleh siswa terkait dengan kemampuan literasi dan numerasi siswa.

Penyiapan kemampuan literasi dan numerasi siswa tidak dengan cara melakukan bimbingan belajar ekstra ataupun pengayaan, atau bahkan mendrill siswa untuk rutin menyelesaikan soal-soal AKM. Melainkan penyiapan siswa di sini adalah menyiapkan kemampuan kognitif siswa agar sampai ke level tertinggi, yaitu L3 (penalaran). Dalam hal ini siswa harus memiliki kemampuan/keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir tingkat tinggi ditunjukkan melalui beberapa kegiatan berikut. 1) Mentransfer,  menerapkan    pengetahuan  dan  keterampilan  yang  sudah  dimilikinya  ke konteks  yang  baru  atau  cara  yang  lebih  kompleks. 2) Berpikir  kritis,  menerapkan pertimbangan  yang  bijaksana  (wise  judgement)  atau  menghasilkan  kritik  yang  berdasar (reasoned  critique).  3)  Menyelesaikan  masalah,  mengidentifikasi  dan  menyelesaikan masalah dalam kehidupannya.  

Operasional dari level penalaran adalah kemampuan  berpikir  tingkat  tinggi,  yang  tidak  hanya  sekedar mengingat  dan  memahami.  Proses  berpikir  yang  termasuk  dalam  level  ini  seperti menganalisis,  mengevaluasi,  mengkreasi,  berpikir  logis,  berpikir  kritis,  berpikir kreatif, menyelesaikan  masalah pada konteks baru atau non rutin. Dengan harapan ketika siswa mengerjakan soal AKM maka pencapaiannya melampaui jauh dari batas minimum.

Untuk mencapai tahap itu guru harus membiasakan siswanya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan ataupun permasalahan yang menuntut pola pikir penalaran. Salah satu bentuk pertanyaan yang dapat digunakan guru untuk membantu siswa mencapai level berpikir penalaran adalah dengan memberikan pertanyaan terbuka. Pertanyaan jenis itu juga dinamakan sebagai soal dengan jawaban terbuka (tidak tunggal) atau Open-Ended Question. Sebagaimana yang didefinisikan oleh Wikipedia (2008) tentang Closed-Ended Question dan Open-Ended Question, ialah sebagai berikut:

"A Closed-Ended Question is a form of question, which normally can be answered with a simple "yes/no" dichotomous question, a specific simple piece of information, or a selection from multiple choices (multiple-choice question), if one excludes such non-answer responses as dodging a question, refusing or declaring an inability to answer, etc.."

"An open-ended question is a form of question, opposite to the closed-ended one, which cannot be answered with a simple "yes/no" or a specific piece of information."

Ada beberapa keuntungan yang diperoleh bagi siswa dan guru apabila digunakan jenis soal open-ended, diantaranya siswa dapat bereksplorasi dengan jawaban mereka, siswa juga dapat menerapkan pemahamannya untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi guru, selain guru dapat menganalisis sampai dimana pemahaman siswa terhadap suatu materi, guru juga dapat mengarahkan dan membantu siswa mengkaitkan pengetahuan yang mereka peroleh di sekolah dengan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga proses belajar  di sekolah akan menjadi lebih bermakna dan menyenangkan.

Pada saat siswa berekplorasi maka siswa akan berusaha mencari berbagai macam alternatif jawaban yang tepat. Proses pencarian alternatif jawaban tersebut membutuhkan tidak saja pemahaman siswa terhadap materi melainkan juga kreativitas siswa. Siswa akan menduga apakah jawabannya sudah benar dan sesuai dengan permasalahan yang ada. Jika jawabannya belum sesuai maka siswa akan menggali lagi informasi yang sudah dimilikinya dan menjawab kembali permasalahan yang ada sampai benar. Yang menarik, siswa tidak hanya diminta menjawab soal, tetapi siswa juga diminta memberikan alasan atau penjelasan terhadap jawaban yang sudah ia peroleh. Proses inipun akan berlangsung dengan melibatkan kreativitas dan berpikir kritis pada siswa. Untuk memfasilitasi itu semua siswa butuh informasi sebanyak-banyaknya. Di sinilah terletak aktivitas literasi, karena siswa harus memahami informasi yang ada dan mengolahnya menjadi jawaban dan alasan dari jawaban yang siswa berikan. Untuk aktivitas numerasinya, guru dapat mendesain pertanyaan yang melibatkan angka atau bilangan.

Berikut contoh pertanyaan yang menggunakan pertanyaan biasa (tertutup/jawaban tunggal) dan pertanyaan terbuka (jawaban tidak tunggal).

 Jenis soal 1:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun