Mohon tunggu...
Marya Yenita Sitohang
Marya Yenita Sitohang Mohon Tunggu... Peneliti -

Let's live a normal life

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sumpah Pemuda, Refleksi Nasionalisme pada Kaum Millenial

1 November 2018   09:53 Diperbarui: 1 November 2018   19:38 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Momentum sumpah pemuda di akhir bulan Oktober banyak dijadikan sebagai momen untuk mengadakan ajang diskusi dan dialog. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk melihat kembali nilai nasionalisme masa lalu dan sekarang khususnya di kalangan anak muda. 

Di tahun 1928, beberapa pemuda dan pemudi dari seluruh nusantara berkumpul dan menggaungkan persatuan tanah air, bangsa dan bahasa melalui sumpah pemuda. Pemuda dan pemudi ini bukan orang sembarangan. 

Mereka berasal dari kelas menengah ke atas yang memiliki keistimewaan dan kesempatan untuk belajar dan memikirkan masa depan bangsa dari aspek paling dasar, 

Yang mana pada masa itu, sebagian besar pemuda lain disibukkan dengan kegiatan perekonomian dan masih belum memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan seperti yang saat ini terjadi.

Lalu setelah sembilan puluh tahun berlalu, apakah refleksi nasionalisme pada pemuda-pemudi Indonesia -sekarang lebih dikenal dengan sebutan kaum millennial- masih sama?

Dibandingkan pemuda-pemudi di zaman sebelum kemerdekaan, kaum millennial saat ini lebih mendapatkan kemewahan karena perkembangan teknologi informasi. Kesulitan-kesulitan yang dulunya menjadi penghambat, kini sudah tidak ada lagi. 

Namun sebagai kaum millennial yang telah mendapatkan kemudahan, apa yang bisa kita lakukan untuk berpartisipasi membangun negeri seperti rasa nasionalisme yang telah ditunjukkan pemuda-pemudi terdahulu?

Sebagai dampak lain dari perkembangan teknologi, hoax dan ujaran kebencian semakin gampang tersebar. Radikalisme dan intoleran menjadi isu yang saat ini hangat di negeri ini. 

Dibalik terbukanya akses pada informasi-informasi bermanfaat, kaum millennial saat ini juga terpapar berita dan informasi yang mungkin saja dapat mengikis rasa nasionalisme. 

Apabila hal itu terjadi, maka bukan kemajuan yang terjadi, melainkan kemunduran karakter bangsa yang harusnya bisa lebih maju dari yang lalu.

Nasionalisme saat ini tidak hanya sebatas memegang slogan NKRI harga mati. Lalu ketika seseorang menggandrungi budaya luar seperti Korea atau Jepang dianggap sebagai sikap yang tidak nasionalis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun