Mohon tunggu...
Yeni Mulyani
Yeni Mulyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Manusia selalu memiliki cara untuk mendapatkan kekuasaan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kebijakan Koalisi Arab Saudi dalam Konflik Yaman, Akankah Perang Berakhir?

15 April 2022   23:39 Diperbarui: 15 April 2022   23:41 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Intervensi yang dilakukan Koalisi Arab Saudi terhadap perang saudara di Yaman nampaknya belum menemukan titik akhir. Serangan udara yang terus berlanjut, korban berjatuhan semakin bertambah dan krisis kemanusiaan juga ikut memperburuk keadaan. Peperangan yang melibatkan beberapa negara di timur tengah ini memicu terjadinya krisis ekonomi dan krisis kemanusiaan yang cukup parah. Tercatat sejak konflik perang dimulai yaitu pada tahun 2014, lebih dari 150.000 orang tewas akibat serangan. Houthi sendiri telah berhasil merebut ibu kota Sana'a juga beberapa wilayah barat laut Yaman dan untuk menghentikan pasokan Houthi yang diduga bersekutu dengan Iran, Arab Saudi pun menutup akses jalur laut di pelabuhan Hoeidah. Dalam intervensinya, Koalisi Arab Saudi membuat tiga kebijakan utama yaitu di antaranya kebijakan intervensi militer, kebijakan diplomasi dan kebijakan bantuan kemanusiaan. Intervensi militer ini memiliki tiga operasi utama yaitu Operation Decesive Strom, Operation Restoring Hope dan Operation Golden Vactory. Ketiga operasi ini merupakan serangan-serangan militer yang dimulai pada tahun 2015 hingga 2019 oleh Koalisi Arab Saudi untuk memberantas kelompok pemberontak.

Selain intervensi militer, Koalisi Arab Saudi juga membuat sebuah kebijakan diplomasi yang bertujuan agar konflik ini tidak semakin meluas dan dapat dihentikan. Pimpinan koalisi mengadakan pertemuan yang di sebut Stockholm Agreement pada 13 Desember 2018. Pertemuan ini dihadiri negara-negara yang terlibat dalam konflik Yaman untuk membahas penyelesaian damai atas perang. Pertemuan tersebut akhirnya menghasilkan kesepakatan dimana Koalisi Arab Saudi akan melakukan gencatan senjata namun Houthi lagi-lagi menolak karena menganggap kebijakan itu tidak akan mengubah apa-apa selama Arab Saudi tidak menghentikan serangan udara dan menutup pembatasan di area pelabuhan. Dilansir dari CNBC, presiden baru Amerika Serikat yaitu Biden juga menuntut agar perang ini segera dihentikan karena menimbulkan dampak buruk bagi banyak masyarakat Yaman. Sudah ada diskusi sebelumnya antara kementrian luar negeri Amerika Serikat dan menteri luar negeri Arab Saudi mengenai konflik ini, pasalnya upaya perdamaian perlu dilakukan untuk menemukan solusi dari perang yang disebut-sebut sebagai akibat dari adanya krisis kemanusiaan yang parah di dunia (Faiz, 2021).

Kebijakan selanjutnya yang tak kalah penting adalah kebijakan bantuan kemanusiaan dengan membuat pusat bantuan kemanusiaan yang disebut King Salman Humanitarian Aid and Relief Center. Arab Saudi juga memberikan sumbangan tambahan sebesar $ 267 Juta untuk membantu rakyat Yaman yang tengah mengalami krisis ekonomi. KSRelief juga bekerja sama dengan UNICEF dalam upaya pemulihan trauma bagi kehidupan anak-anak dan mengadakan pusat layanan kesehatan gizi di daerah berpenduduk. Selain itu, dalam upaya bantuan kemanusiaan ini Saudi juga melakukan kerja sama dengan WHO dalam penyediaan obat-obatan dan fasilitas kesehatan lainnya. Intervensi yang dilakukan Arab Saudi ini bukan tanpa alasan, pasalnya dalam mengambil kebijakan Saudi berharap konflik Yaman ini tidak semakin meluas dan agar wilayah negara Arab Saudi tetap aman. Pengaruh Iran juga menjadi alasan Koalisi Arab Saudi melakukan intervensi dimana Houthi nampaknya bergantung pada iran dan itulah yang memunculkan kekhawatiran Arab Saudi akan jatuhnya Yaman pada pengaruh Iran (Yolanda, 2020).

Pergejolakan konflik ini berjalan sangat kompleks, dari mulai kudeta penggulingan kekuasaan, sentiment aliran Sunni-Syiah hingga serangan-serangan dari luar negara yang terus memperburuk keadaan.  Tawaran atas gencatan senjata oleh Koalisi Arab Saudi menuju perdamaian tidak juga menggoyahkan misi Houthi. Untuk kesekian kalinya Koalisi Arab Saudi menawarkan gencatan senjata pada awal memasuki bulan suci ramadhan ini dengan maksud agar bulan yang suci bagi umat muslim menjadi kemenangan baru, namun sayangnya Houthi tetap menolak. Semakin parahnya krisis kemanusiaan di negara ini membuat Presiden Amerika serikat akhirnya menghentikan dukungan terhadap koalisi Arab Saudi. Dilansir dari dw.com, Presiden Joe Biden mengumumkan penghentian dukungan untuk intervensi militer di Yaman dan penarikan dukungan logistik dan Intelijen penting dari koalisi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi. Selain itu, Amerika serikat juga mengirimkan diplomat untuk Yaman yaitu Timothy dengan harapan bisa menekankan kepada pemerintah agar perang ini segera berakhir. Tetapi hingga saat ini belum ada kesepakatan pasti tentang wacana penghentian perang ataupun gencatan senjata antara Arab Saudi dan Houthi. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun