Mohon tunggu...
Yosepha D
Yosepha D Mohon Tunggu... Mahasiswa - VL-XXI

Sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pentingnya Aplikasikan Nilai Jurnalisme

26 Mei 2017   00:00 Diperbarui: 26 Mei 2017   00:08 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Dalam berselancar di dunia maya, ternyata ada aturan dan tata tertib sendiri. Apalagi ketika sedang membahas mengenai jurnalisme, tentu ada etika yang perlu ditaati. Apa saja etika-etika dalam jurnalisme? Simak ulasannya!

  • Tidak melakukan plagiarism
  • Terbuka
  • Tidak menerima bingkisan atau uang untuk mengulas suatu berita
  • Cek informasi, kemudian ungkap kebenaran
  • Jujur

Poin-poin di atas tampak sederhana. Namun poin-poin tersebut juga sering menjadi permasalahan tersendiri dalam penerapan jurnalisme online.

  • Tidak melakukan plagiarisme

Jurnalis dilarang menyalin kata-kata tanpa sumber yang jelas. Hal tersebut termasuk juga foto dan gambar-gambar lainnya. Siapapun yang ingin mengutip atau menyalin sesuatu, perlu menunjukkan sumber yang absah. Jurnalis tak diperbolehkan menggunakan hasil kerja orang lain. Pihak yang diperbolehkan menggunakan karyanya adalah tempat jurnalis tersebut bekerja, sebab ia bekerja dan digaji untuk perusahaan tersebut. Seluruh pencipta alias creator mempunyai hak milik atas hasil karyanya masing-masing.

Ketika sebuah link mengantarkan kita langsung pada sumber utama, maka hal tersebut bukanlah tindakan plagiarisme. Sebuah link dapat mengantar pembaca pada sebuah situs lain dengan informasi yang lebih rinci.

  • Terbuka

Jangan pernah menyembunyikan sesuatu dari pembaca. Ketika terdapat keterkaitan antara jurnalis dengan cerita, katakanlah dengan jujur dalam cerita tersebut. Begitupula halnya ketika terdapat hubungan antara berita organisasi dan unsur-unsur lain dalam suatu peristiwa, katakanlah dengan jujur dan terbuka dalam cerita. Singkatnya, jurnalis perlu bersikap transparan terhadap para pembacanya.

  • Tidak menerima bingkisan atau uang untuk mengulas suatu berita

Jangan pernah menerima berbagai bentuk pembayaran atau pemberian (uang, barang mewah, voucher) dari narasumber untuk suatu kisah tertentu. Kembalikan barang pemberian tersebut. Jika seorang jurnalis tak dapat mengembalikannya, maka sumbangkan untuk kegiatan sosial. Seorang jurnalis tak berhak menerima bingkisan dalam bentuk apapun, sebab dapat berpengaruh terhadap konten pemberitaan. Ketika jurnalis menerimanya, maka perannya sama dengan mengiklankan konten sesuai harapan narasumber yang pastinya bernada positif.

  •  Cek informasi, kemudian ungkap kebenaran

Jurnalis perlu bersikap skeptis, mempertanyakan banyak hal. Jangan percaya apapun yang didengar atau dibaca, hingga seseorang sebagai jurnalis mampu membuktikan kebenarannya di lapangan. Cek dan ricek wajib dilakukan berulang kali, sehingga satu sumber tak pernah cukup untuk membuktikan kebenaran. Pedoman jurnalis pada fakta, bukan opini. Pijakan jurnalis untuk menemukan bukti, bukan rumor, isu, atau kabar burung. Keberanian jurnalis juga diuji ketika ia harus berkomunikasi secara langsung pada pihak-pihak yang terlibat dalam suatu peristiwa tertentu.

  • Jujur

Satu-satunya unsur yang harus selalu dipegang teguh jurnalis, di atas informasi apapun adalah kebenaran. Tanpa kejujuran, seorang jurnalis tak memiliki sesuatu yang spesial untuk ditawarkan ke publik. Tingkat akurasi dan fakta selalu menjadi bagian vital dalam jurnalisme. Kejujuran ini perlu diperluas pada tiap aspek pekerjaan jurnalis.

Koreksi dan Materi Tak Tersunting

Jurnalis perlu melakukan koreksi dan memperbaharui konten berita dengan materi-materi original (asli). Konten tersebut tetap berada dalam URL yang sama, termasuk keterangan penjelas jika dibutuhkan. Jurnalisme online tentu menuntut jurnalis untuk cepat dalam mewartakan berita, namun terkadang tuntutan tersebut membuat mereka luput dengan keakuratan. Rata-rata, jurnalis yang cepat dalam mengabarkan suatu berita, perlu dicek ulang tingkat akurasinya. Sebab, mereka terkadang melakukan kesalahan dalam konten tersebut karena tuntutan kecepatan dalam membaharui berita. Di lain sisi, terdapat konten-konten yang tak teredit. Sebagai contoh, blog jurnalis. Jika terjadi kesalahan dalam laporannya, maka mereka perlu mengoreksi dan memperbaikinya.

Nada dan Objektivitas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun