Dalam sejarah dua ribuan tahun yang lalu, seorang anak manusia diadili oleh pengadilan sesat. Dan, selama pengadilannya, ia menyimpan kata-katanya dalam diam. Meski dalam diamnya, ia melawan, tetapi bukan dengan kata-kata kasar atau makian. Diamnya, menunjukkan keunggulannya sebagai manusia yang bermartabat.
Maka, di penghujung pagi ini, dalam hening, aku merindu (bersatu) denganmu. Angin bawakanku sepotong kisah, menuai kabar darimu. Benar-benar kurindu tungku cinta (yang hangat) memeluk kalbu, menjadi penopang langkah hidupku dan penguat langkah jalanku. Terima kasih atas cinta tanpa batasmu. Benar-benar tanpa batas.
Dalam hening kurindu
menyentuh hatimu
penuhi jiwa seluruh
Dalam relung jiwaku
pun merindu
utuh bersatu denganmu
Angin bawakan ku sepotong kisah
Menuai kabar darimu,
Kurindu tungku cinta memeluk kalbu
Penopang langkah hidupku
Dalam relung jiwaku
pun merindu
utuh bersatu denganmu
Angin bawakan ku sepotong kisah
Menuai kabar darimu,
Kurindu tungku cinta memeluk kalbu
Penopang langkah hidupku
Kurindu tungku cinta memeluk kalbu
Penopang langkah hidupku
Kurindu tungku cinta memeluk kalbu
Penguat langkah jalanku
Depok, Jumat Agung-0204