Maka, Jumat Agung menjadi sarana kekhidmatan mengenang sengsara-Nya. Mencium luka-luka-Nya, untuk kemudian menjadi nafas yang mengaliri darah kehidupan. Iya. Mengenangnya, dimaknai sebagai anamnesis (penghadiran) bahwa Ia telah mati untuk menyelamatkan.
**
Gugurnya Gatotkaca, tentu membuat banyak orang sedih, pun pula Werkudara, ayahnya, yang sangat murka. Namun, begitulah sebuah titah harus dijalankan dengan kepatuhan total, sebagaimana diwariskan oleh Sang Cinta melalui jalan penyaliban, pintu gerbang keselamatan kekal.
Berkah Dalem!
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!