Tuhanku, Mampukan aku Menahan Diri dari Keakuan Diri

Tuhanku Yang Mahaagung,
adakah artinya jika hanya menahan lapar dan dahaga?
cukupkah jika aku mengendalikan napsuku?
aku tahu, tidak!
kecuali aku mampu menahan diri dari keakuan diri.

Ketika aku memiliki kesadaran bahwa Engkaulah yang menciptakan segalanya,
bahwa kepunyaan Engkaulah seluruhnya,
dan di segala tempat sesungguhnya ada wajah Engkau,
namun keakuanku telah menutupinya;
sungguh,
aku mengingkari-Mu,
mengakui kemampuan, kehendak dan ilmu-Mu,
sehingga Engkau tertutupi keakuan diriku.

Duhai Tuhanku,
sebulan Ramadhan ini,
ridhoi aku mampu menahan diri dari keakuan diri,
sehingga aku mampu melihat wajah-Mu,
di segala tempat, di saat lapang dan sempit,
dan di saat sehat atau sakit.

Aku mengira memiliki kuasa, dan kodrat-Mu tidak terlihat;
keakuanku memiliki kehendak, sehingga iradat-Mu tiada tampak;
saat akuku mampu berpikir, melihat, mendengar, dan merasakan,
maka bashar dan bashirah-MU tertutupi;

Duh,
keakuan diri,
hanya membuatku menyebut-Mu dan menyembah-Mu tanpa arti,
karena aku tidak mengingat Engkau,
sebab aku tidak merasakan kehadiran Engkau,
dan semua pandanganku sia-sia, karena aku tidak pernah melihat Engkau.

Duh Tuhanku,
mengapakah aku?
bukan akulah yang mampu berkehendak, berpikir, melihat, mendengar,
atau merasakan,
dan ilmu-Mulah yang membuat aku berpengetahuan dan memiliki kesadaran;

Saat akhir Ramadhan,
ketika kukeluarkan zakat fitrah untuk yang berhak,
akan kukembalikan dan kuberikan keakuanku,
dan menyerahkan semua yang kuakui kepada yang berhak,
yaitu Engkau.

Tuhanku,
di awal Syawal,
ketika telah kuserahkan semua keakuan diri kepada-Mu,
ketika aku tidak memiliki apa-apa,
ketika aku sepenuhnya kembali kepada-Mu;
lahirkanlah kembali aku seperti semula,
fitrikanlah seterusnya aku dari keakuanku,
penuhilah aku dengan semua kebaikan, sifat, dan cahaya milik-Mu,
dan ridhoi aku membagikan semua kebaikan kepada semua makhluk-Mu.
Aamiin...