Pelabuhan urat nadi dalam transportasi logistik. Namun investasi dalam pelabuhan mahal dan ruang fiskal terbatas. Menyikapi hal ini, pemerintah memberikan kesempatan pada pihak swasta untuk berinvestasi di bidang pelabuhan.
Hidup di kota besar seperti Jakarta, memang memberi kemudahan dalam berbagai hal. Transportasi mudah, fasilitas lengkap dan kebutuhan tercukupi. Setidaknya itu yang saya rasakan setelah puluhan tahun hidup di Jakarta.
Padahal, Jakarta bergantung pada daerah lain dalam memenuhi kebutuhannya. Misalnya pasokan logistik untuk pangan. Daerah di luar ibukota memasok logistik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jakarta. Beberapa kali saya mengalami harga barang pokok naik, ya karena pasokannya berkurang sementara permintaan tinggi.
Harga barang naik tinggi selain karena jumlah terbatas, juga karena faktor transportasi. Indonesia masih mengandalkan transportasi laut buat pengangkutan logistik. Memang ada transportasi udara, namun jumlah yang diangkut terbatas. Selain itu harganya juga mahal, nanti harga logistik bisa naik lebih tinggi dan sulit terbeli.
Transportasi di Ind termasuk mahal dibanding asean. Ada 2 masalah yang menyebabkan mahalnya biaya transportasi. Yang pertama adalah masalah geografis. Yang kedua adalah karakteristik daerah terpencil dan nggak meratanya pertumbuhan.
Solusi dua masalah tersebut adalah pembangunan infrastruktur. Tapi dana APBN terbatas dan partisipasi swasta kurang. Sementara trend di dunia pelayaran adalah efisiensi dan harga. Makin besar kapal maka makin efisien makanya perlu pelabuhan besar untuk kapal-kapal besar.
Ada 3 investasi dalam pelabuhan umum yang butuh dana besar yaitu capital dredging alur dan kolam pelabuhan, pembangunan break water dan rambu-rambu pelabuhan. Dalam lingkungan daratan, dana besar butuh untuk pembebasan lahan/tanah dan reklamasi, pembangunan dermaga dan fasilitasnya, terminal penumpang, lapangan peti kemas dan gudang-gudang, lapangan general kargo, tangka timbun curah cair, SILO dan stock pil curah kering, lapangan parker, kantor dsb, taman dan pagar/pintu.
Pelabuhan Marunda penting untuk menopang pelabuhan Tanjung Priok yang sudah overload. Kapal di pelabuhan Tanjung Priok kadang antri berhari-hari demi bisa bongkat muat. Kalo dibiarkan seperti ini perusahaan logistik akan rugi.
Kendala Swasta dalam Berinvestasi di dunia Bahari
Menurut pak Menteri Perhubungan Budi Karya, ada 2 kendala yang dialami pihak swasta dalam jika berinvestasi di pelabuhan. Investasi pelabuhan butuh padat modal. Itulah mengapa pihak swasta harus berhati-hati dalam menghitung karena pengembalian modalnya butuh jangka waktu lama. Bisa berpuluh tahun.
Kebayang nggak, modal yang dikeluarkan baru kembali dalam puluhan tahun. Ini juga yang bikin bank belum punya fasilitas kredit untuk kepelabuhan. Ini kendala pertama yang dihadapi pihak swasta.
Misal swasta membangun pelabuhan di tanah pemerintah  maka domainnya di Menkeu sementara pembangunan pelabuhan itu sendiri domainnya di menhub. Namun sejalan dengan keinginan pak Jokowi, pak Menhub Budi Karya membuka peluang buat swasta berinvestasi di pelabuhan. Banyak pelabuhan di Indonesia bisa di kelola dan Menhub siap memberi kemudahan.
Asalkan pembangunan pelabuhan ada moralnya yaitu negara kesatuan Indonesia. Pemerintah tak pernah mempersulit pihak swasta. Maka pemerintah akan memudahkan birokrasi yang selama ini berbelit-belit.
Sesungguhnya keinginan swasta nggak muluk-muluk. Ketepatan, kepastian hukum dan mudahnya perizinan adalah yang diinginkan oleh swasta. Momentum adalah segalanya dan sinergi dengan pemerintah adalah kunci.