Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Perizinan dan Birokrasi jadi Kendala Swasta Berinvestasi di Bidang Bahari

7 Desember 2020   14:38 Diperbarui: 7 Desember 2020   14:39 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pelabuhan urat nadi transportasi logistik (dok.bisnis.com)

Pelabuhan urat nadi dalam transportasi logistik. Namun investasi dalam pelabuhan mahal dan ruang fiskal terbatas. Menyikapi hal ini, pemerintah memberikan kesempatan pada pihak swasta untuk berinvestasi di bidang pelabuhan.

Hidup di kota besar seperti Jakarta, memang memberi kemudahan dalam berbagai hal. Transportasi mudah, fasilitas lengkap dan kebutuhan tercukupi. Setidaknya itu yang saya rasakan setelah puluhan tahun hidup di Jakarta.

Padahal, Jakarta bergantung pada daerah lain dalam memenuhi kebutuhannya. Misalnya pasokan logistik untuk pangan. Daerah di luar ibukota memasok logistik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jakarta. Beberapa kali saya mengalami harga barang pokok naik, ya karena pasokannya berkurang sementara permintaan tinggi.

Harga barang naik tinggi selain karena jumlah terbatas, juga karena faktor transportasi. Indonesia masih mengandalkan transportasi laut buat pengangkutan logistik. Memang ada transportasi udara, namun jumlah yang diangkut terbatas. Selain itu harganya juga mahal, nanti harga logistik bisa naik lebih tinggi dan sulit terbeli.

Perbandingan biaya logistik di Indonesia dan Asia (dok.Metrotvnews.com)
Perbandingan biaya logistik di Indonesia dan Asia (dok.Metrotvnews.com)
Minggu lalu saya menonton tayangan The Nations di Metro TV yang membahas soal Sinergi Investasi Bahari. Indonesia butuh investasi senilai 47 miliar dolar. Indonesia adalah negara maritim dengan rasio rendah. 80% persen komoditas perdagangan dan pembangunan menggunakan transportasi laut.

Transportasi di Ind termasuk mahal dibanding asean. Ada 2 masalah yang menyebabkan mahalnya biaya transportasi. Yang pertama adalah masalah geografis. Yang kedua adalah karakteristik daerah terpencil dan nggak meratanya pertumbuhan.

Solusi dua masalah tersebut adalah pembangunan infrastruktur. Tapi dana APBN terbatas dan partisipasi swasta kurang. Sementara trend di dunia pelayaran adalah efisiensi dan harga. Makin besar kapal maka makin efisien makanya perlu pelabuhan besar untuk kapal-kapal besar.

Ada 3 investasi dalam pelabuhan umum yang butuh dana besar yaitu capital dredging alur dan kolam pelabuhan, pembangunan break water dan rambu-rambu pelabuhan. Dalam lingkungan daratan, dana besar butuh untuk pembebasan lahan/tanah dan reklamasi, pembangunan dermaga dan fasilitasnya, terminal penumpang, lapangan peti kemas dan gudang-gudang, lapangan general kargo, tangka timbun curah cair, SILO dan stock pil curah kering, lapangan parker, kantor dsb, taman dan pagar/pintu.

Pembangunan pelabuhan Marunda (dok.kompas.com)
Pembangunan pelabuhan Marunda (dok.kompas.com)
Pemerintah kerap ajak swasta berinvestasi di pelabuhan. Seperti yang sekarang sedang berlangsung di pembangunan Pelabuhan Marunda. PT Karya Citra Nusantara sedang membangun pelabuhan Marunda bekerja sama dengan pihak pemerintah yang diwakili PT Karya Berikat Nusantara.

Pelabuhan Marunda penting untuk menopang pelabuhan Tanjung Priok yang sudah overload. Kapal di pelabuhan Tanjung Priok kadang antri berhari-hari demi bisa bongkat muat. Kalo dibiarkan seperti ini perusahaan logistik akan rugi.

Kendala Swasta dalam Berinvestasi di dunia Bahari

Menurut pak Menteri Perhubungan Budi Karya, ada 2 kendala yang dialami pihak swasta dalam jika berinvestasi di pelabuhan. Investasi pelabuhan butuh padat modal. Itulah mengapa pihak swasta harus berhati-hati dalam menghitung karena pengembalian modalnya butuh jangka waktu lama. Bisa berpuluh tahun.

Kebayang nggak, modal yang dikeluarkan baru kembali dalam puluhan tahun. Ini juga yang bikin bank belum punya fasilitas kredit untuk kepelabuhan. Ini kendala pertama yang dihadapi pihak swasta.

kesibukan pelabuhan Tanjung Priok (dok.beritasatu.com)
kesibukan pelabuhan Tanjung Priok (dok.beritasatu.com)
Kendala kedua dalam hal investasi pelabuhan adalah soal kemudahan perizinan. Perizinan sering tumpang tindih. Waktu tersita untuk melakukan sinkronisasi UU dan perizinan buat membangun pelabuhan. Buat pihak swasta waktu adalah momentum. Kepastian hukum didapatkan kalo perizinan tidak saling tumpang tindih.

Misal swasta membangun pelabuhan di tanah pemerintah  maka domainnya di Menkeu sementara pembangunan pelabuhan itu sendiri domainnya di menhub. Namun sejalan dengan keinginan pak Jokowi, pak Menhub Budi Karya membuka peluang buat swasta berinvestasi di pelabuhan. Banyak pelabuhan di Indonesia bisa di kelola dan Menhub siap memberi kemudahan.

Asalkan pembangunan pelabuhan ada moralnya yaitu negara kesatuan Indonesia. Pemerintah tak pernah mempersulit pihak swasta. Maka pemerintah akan memudahkan birokrasi yang selama ini berbelit-belit.

Sesungguhnya keinginan swasta nggak muluk-muluk. Ketepatan, kepastian hukum dan mudahnya perizinan adalah yang diinginkan oleh swasta. Momentum adalah segalanya dan sinergi dengan pemerintah adalah kunci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun