Jika berkunjung ke Bali, wajib rasanya membeli cenderamata sebagai oleh-oleh atau untuk koleksi pribadi. Kerajinan Bali sungguh unik dan cantik. Ada dua pasar besar di Bali yang selalu dikunjungi oleh para Wisatawan, yaitu pasar seni Sukowati dan pasar seni Ubud. Pertengahan Desember tahun lalu saya mengunjungi Pasar Seni Ubud ketika saya ke Bali.
Wayan Budi, adalah teman yang tinggal di Bali dan menemani saya menyusuri jalan sempit Pasar Seni Ubud. Hari itu hari ketiga saya di Bali dan Wayan Budi bersedia mengantar saya seharian jalan-jalan ke Ubud. Ia adalah teman yang saya kenal lama sekali. Kami pernah bekerja di perusahaan pariwisata yang sama beberapa tahun lalu.
Pasar seni Ubud ramai siang itu padahal bukan akhir Minggu. Rata-rata pengunjungnya adalah para wisatawan luar negeri. Kami berjalan pelan sembari melihat-lihat cenderamata yang dijajakan. Ada aneka patung dari kayu berukir. Ada hiasan dinding, ukulele dari kayu, aneka kain dan baju batik dan masih banyak lagi.
Tak jauh dari penjaja patung kucing, saya berhenti lagi. Kali ini di toko yang menjajakan aneka ukulele. Ukulele itu semacam gitar namun ukurannya kecil. Ada wisatawan mancanegara yang sedang menawar sebuah ukulele di situ. Harga yang ditawarkan 200 ribu rupiah untuk satu ukulele dengan lukisan ukiran Bali di bagian depan. Indah sekali.
Saya berhenti cukup lama di toko yang menjual kotak kayu. Kotak ini bisa untuk menyimpan pernak-pernik. Kotak kayu ini unik karena tutupnya berbentuk macam-macam, seperti kupu-kupu, burung hantu, kepala barong, nanas dan lain-lain. Orang akan mengira benda ini patung kayu dan nggak menyangka kalau ini adalah kotak penyimpanan. Harga yang ditawarkan cukup mahal, sesuai dengan pengerjaannya yang cukup rumit.
Meski tak membeli, mbak pedagang membolehkan saya memotret barang dagangannya. Meski rata-rata pedagang membolehkan barang dagangannya dipotret, sebaiknya kita tetap ijin pada pedagangnya, sopan santun tetap harus dijunjung tinggi, apalagi kita di daerah orang lain.
Wayan Budi mengajak saya terus berjalan, karena ia ingin mengajak saya ke sebuah kedai kopi yang berada di area tengah. Sebagai pecinta kopi, tawaran ngopi ini tentu tak ingin saya tolak. Akhirnya saya tiba di kedai kopi yang dimaksud Wayan Budi. Mata saya langsung berbinar melihat toples-toples berisi kopi di meja barista.