Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Suami Kena Potong Gaji, Mpok Asun Jualan Kripik Demi Dapur Tetap Ngebul

5 Mei 2020   20:53 Diperbarui: 5 Mei 2020   20:54 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sekarang waktunya berusaha (dok.freepik.com)

Saya baru selesai membayar pesanan kripik singkong pedas ke seorang tetangga, mpok Asun saya memanggilnya. Mpok Asun sekarang menerima pesanan kripik singkong pedas hasil bikinannya sendiri. Kemarin dia menawari saya mencoba kripik buatannya, "tester nih mbak", katanya. Saya ambil sepotong dan saya masukkan mulut.. eh sedap juga.

Sambil ngobrol dengannya, mpok Asun menyodorkan kripiknya untuk saya coba lagi. Sudah cukup, kata saya. Kripik singkong pedas buatan mpok Asun sungguh enak, saya tak bohong. Tester bisa habis saya makan nantinya.

Mpok Asun awalnya malu-malu menawarkan kripiknya pada saya. Meski kami bertetangga sudah lama, namun saya jarang ikutan kumpul-kumpul dengan para emak tetangga. Mpok Asun agak segan, mungkin takut saya gigit. Ia tak tahu, saya sebenarnya orang yang ramah, supel serta rajin menabung.

Sikap malu-malu mpok Asun berkurang ketika saya tanya-tanya tentang kripik singkongnya. Ia menjawab pertanyaan saya dengan antusias. Sebenarnya sudah lama ia bisa membuat kripik singkong pedas. Tapi ia belum berminat menjadikannya sebagai bahan jualan. Ia buat hanya untuk konsumsi keluarga dengan jumlah terbatas.

pusing gara-gara pandemi (dok.freepik.com)
pusing gara-gara pandemi (dok.freepik.com)
Sesekali ia bawa kripik singkong pedas itu ke arisan ibu-ibu di lingkungan kami. Semua ibu berkomentar kripik pedas buatannya enak. Malah ada yang mau pesan. Namun ditolak mpok Asun dengan alasan takut tak sempat membuatnya. Mengurus suami dan 2 anak usia SD dan SMP sudah cukup menyita waktu dan tenaganya.

Semuanya berubah ketika wabah Corona datang. Suaminya bekerja di sebuah perusahaan, kena imbas pandemi. Gajinya kena potong 50% dan dipastikan tak dapat THR. Pusing kedua suami istri ini memikirkan gimana cara memenuhi kebutuhan hidup. Uang tabungan sudah ikut tergerus.

Jangankan berpikir untuk membeli keperluan Lebaran, bisa makan sehari-hari juga sudah bersyukur. Ia juga berusaha menghemat pengeluaran. Pendapatan berkurang 50% itu sangat berpengaruh. Apalagi pihak perusahaan tak bisa menjamin sampai kapan suaminya akan menerima gaji dengan kondisi separuh begitu. Jika pandemi tak juga selesai dan kondisi perusahaan makin genting, bukan tak mungkin penghasilan yang 50% itu malah akan hilang selamanya.

Mpok Asun memutuskan ikut terjun mencari uang karena kondisi keuangan keluarganya sedang genting. Ia lakukan semua yang ia bisa, salah satunya menjual kripik singkong pedas yang biasa ia buat. Jika semula ia menolak pesanan, sekarang ia reka menawarkan jualannya ke tiap tetangga. Malu, tapi itu harus dilakukan demi dapur tetap mengebul.

butuh kesabaran tinggi di masa ini (dok.freepik.com)
butuh kesabaran tinggi di masa ini (dok.freepik.com)
Bukan hanya ke tetangga sekitar, mpok Asun juga sudah menawarkan dagangan ke semua yang ia kenal. Sekantung kripik pisang ia jual 5000 rupiah. Dengan proses masak yang cukup repot, harga ini terbilang murah. Saya tanya, apakah dia mendapat cukup laba dengan harga segitu. "Ada mbak untungnya, kecil sih, tapi kalo kejual banyak ya lumayan bisa buat beli beras, lagian kalo saya jual lebih mahal nanti orang nggak mau beli", jawabnya. Benar juga.

Mata mpok Asun langsung berbinar ketika saya bilang, saya pesan 6 buah. Saya bilang saya akan bayar esok hari, meski mpok Asun bilang pembayaran lusa saja saat kripik singkong diantar. Tapi saya menolak. Uang itu sungguh dibutuhkan olehnya jadi kenapa harus saya tahan. Lagipula membayar hari ini atau lusa toh sama saja. Ujung-ujungnya bayar juga.

Kisah mpok Asun adalah satu dari beragam kisah yang terjadi karena pandemi. Rata-rata kisahnya menyedihkan. Pandemi emang bikin susah banyak orang. Meski saya lebih beruntung daripada mpok Asun, namun saya sempat lelah mental juga. Ikut sedih juga melihat tetangga atau teman kesusahan gara-gara wabah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun