BOGOR -- Ibu tangguh itu bernama Mursiyem (43). Seorang tulang punggung keluarga. Ia menggantikan peran suaminya yang telah meninggal untuk mencari nafkah.
Sudah lima tahun, Mursiyem menjalankan usaha warung kelontong dengan modal warisan sang suami sebesar Rp 500 ribu. Sebelum pandemi, Â Mursiyem mendapat rata-rata omzet Rp 1,5 juta per bulan. Namun saat ini, penghasilannya tak menentu per hari. Rata-rata ia hanya mampu menghasilkan untung bersih Rp 15 ribu per hari. Nominal tersebut menurutnya sudah lebih baik dalam kondisi pandemi saat ini.
Penghasilan yang berkurang juga berdampak pada anak sulungnya yang tidak bisa melanjutkan ke pendidikan tinggi. Keadaan tersebut sempat membuat hati Mursiyem pilu. "Saya masih sangat menyesal karena belum bisa mewujudkan keinginan anak untuk kuliah," cerita warga Bogor itu dengan mata berkaca-kaca kepada Global Wakaf-ACT, pertengahan Februari lalu. Kini, sang anak lanjut bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.
Mursiyem ingin bekerja lebih giat. Ia ingin membuka usaha pendamping agar mendapatkan penghasilan lebih banyak dan kehidupan anak-anaknya lebih baik.
Sementara itu, Khisnul Hasanah dari Tim Global Wakaf -- ACT Bogor menjelaskan, Mursiyem telah didata oleh tim Global Wakaf-ACT Bogor sebagai calon penerima bantuan Wakaf Modal Usaha Mikro. "Insyaallah, kami akan melakukan asesmen lanjutan, bantuan modal usaha apa yang bisa kami berikan dan usaha apa yang akan dikembangkan bu Mursiyem," jelas Khisnul.[]