Mohon tunggu...
Maya Batari
Maya Batari Mohon Tunggu... Guru - Single Cool

mencintai diri sendiri dimulai dari dalam hati yang selalu berpikir positif dan bahagia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rahasia Cinta Sang Pewaris #Bab 28

6 Mei 2021   22:18 Diperbarui: 6 Mei 2021   22:29 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://osc.medcom.id/

"Emang kenapa? Berubah pikiran mau ikut?"

Utari berdiri, lalu memperbaiki beberapa letak kancing beskap suaminya. "Nggak ada waktu buat ganti! Bilang aja kepengin pasangan sama Mbak Puspa! Pake acara pura-pura ngajakin segala!"

"Ini kan acara ruwatan. Terus Mas juga nanti ngisi pembukaan. Nggak etis aja, kalo Mas ke sana pake baju batik biasa." Bagus tidak tahan untuk tidak mencium bibir istrinya yang cemberut.

Utari masih tidak terima. Bagus dengan baju beskap berwarna hitam tampak berkali lipat lebih tampan dan gagah dari hari biasa. Penampilannya sudah seperti Pangeran dari keraton, rasanya tidak rela saja melepaskannya untuk dilihat orang banyak. Lagipula Utari yakin, akan banyak wanita menatap kagum kepada pria itu.

"Kenapa harus sama Mbak Puspa? Kenapa nggak sama staf yang lain?"

"Emang kamu belum keluar ke halaman?" Bagus tersenyum menenangkan melihat badai di mata istrinya, "Mas dateng dengan rombongan. Bahkan Puspa tidak satu mobil dengan Mas. Karena Mas tahu, akan ada badai Hainan jika Mas melakukan hal itu."

"Ya, sudah. Berangkat sana!"

"Yakin nggak mau ikut? Kalo nanti Mas kecantol sama kecantikan Windri gimana?"

"Basi! Tapi kalo sampe kejadian, ntar malam tidur di sofa!" ancam Utari penuh keyakinan.

"Gitu aja ngambek." Bagus menowel dagu Utari yang melengos tidak mau menatap dirinya.

Utari menjerit kecil saat Bagus menyambar pinggangnya. Dia membelalak lebar saat menyadari, jika Bagus sudah mendaratkan bibir hangatnya di atas bibirnya. Jika Bagus mau, maka tubuhnya akan terhempas ke lantai dengan cara yang pasti sangat tidak elite. Untung saja, tangan pria itu memegang pinggangnya dengan erat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun