Mohon tunggu...
Maya Batari
Maya Batari Mohon Tunggu... Guru - Single Cool

mencintai diri sendiri dimulai dari dalam hati yang selalu berpikir positif dan bahagia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rahasia Cinta Sang Pewaris #Bab 21

23 April 2021   20:43 Diperbarui: 23 April 2021   20:54 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Lebih baik kamu bertanya kepadaku, daripada suatu saat berprasangka."

"Baiklah."

Bagus Pandhita sedikit menggeser posisi tubuh mereka, hingga tidak lagi saling menempel. Tangannya meraih dagu Utari, hingga jarak wajah mereka kini hanya beberapa inchi saja. Utari dapat merasakan embusan napas panas, dari hidung Bagus yang menerpa wajahnya.

Mata Utari membulat sempurna, ketika bibir pria itu perlahan menempel di atas bibirnya. Tanpa sadar, kedua telapak tangan Utari memegang sprei dengan erat. Hanya sebuah kecupan singkat. Mulanya memang hanya demikian. Namun semakin lama pertautan itu semakin intens saja.

Ini ciuman yang lembut dan hangat. Bagus terlihat tidak memaksa, tapi menggoda sedemikian rupa. Hingga Utari harus mengakui dan menyerah, atas kuasa yang menggelitik setiap bagian simpul syaraf di dalam tubuhnya.

"Ini hanya sebuah ciuman kecil, tapi aku tidak memiliki kesabaran lebih lama lagi. Aku ingin secepatnya menjadikanmu milikku, seutuhnya."

Bagus Pandhita menjauhkan tubuh. Dia tersenyum kecil, sambil mengusap bibir Utari dengan lembut. Gadis itu terlihat sangat menggemaskan. Istrinya itu terlihat cantik seperti biasa, meski baru bangun tidur.

Utari masih tidak bergerak di atas kasur, meski pria itu sudah meninggalkan dirinya beberapa saat lalu. Otaknya masih kacau, sementara tubuh Utari seperti tersihir. Itu tadi ciuman kedua mereka, setelah kejadian pertama di lift dulu. Namun ada yang terasa berbeda di sana. Itu bukan hanya kecupan singkat, Bagus Pandhita sudah mendapatkan semua milik Utari di sana.

Dia meraba bibirnya dengan tangan gemetar. Bibir Bagus Pandhita begitu hangat ketika menyentuh bibirnya. Pria itu sangat pandai menggoda, seakan dia memang sudah berpengalaman dengan hal itu. Utari memejamkan mata sejenak, sedikit bingung dengan reaksi tubuhnya. Ada bahagia menelusup ke dalam hatinya.

"Kenapa masih berbaring di situ? Katanya mau shalat."

"Ini---ini semua karena Mas!" Utari menggerutu kesal begitu menyadari jika kemungkinan suaminya sengaja menggoda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun