"M---mas Bagus, bangun. Mas belum mandi," bisik Utari sambil menggoyang-goyangkan bahu pria itu.
Bagus menggeliat sejenak, sebelum matanya menangkap sosok Utari yang berjongkok tidak jauh darinya. Tubuh gadis itu hanya terbalut kimono handuk tipis, yang memperlihatkan bayangan dadanya. Tapi sepertinya sang pemilik justru tidak menyadarinya.
"Jam berapa sekarang?" Bagus Pandhita berusaha mengalihkan fokusnya.
"Hampir jam satu. Mandi dulu, baru nanti boleh tidur."
Bagus Pandhita segera beranjak, dan menghilang di balik pintu kamar mandi. Sepertinya dia tidak membutuhkan air hangat, tetapi justru perlu air dingin untuk mengguyur seluruh tubuh.
Utari beberapa kali menggosok rambut basahnya dengan handuk, sementara tangannya mengaduk-aduk isi koper. Dia mengambil baju tidur dan dalaman yang akan dia pakai. Sejenak dia tertegun, dan mengamati penampilannya barusan.
Wajahnya seketika memucat menyadari pakaian yang dikenakan. Pipinya langsung memerah, dan ingat tatapan membara pria itu kepadanya tadi. Utari memejamkan mata, dan berdoa semoga Bagus tidak menganggap dirinya sedang menggoda pria itu.
Dia cepat-cepat menyambar semua pakaiannya, lalu berganti di walk in closet, "Semoga Mas Bagus tidak mengira macam-macam. Ya Tuhan, aku sungguh merasa sangat malu!"
Bersambung...