Utari masih ingat, betapa mereka seperti sudah melupakan dunia ketika sudah berdua. Utari seperti tidak pernah ada dalam lingkaran kehidupan pria itu. Bagus Pandhita lebih memikirkan Windri, daripada memberinya perhatian. Utari kehilangan kesempatan menikmati akhir pekan dengan Bagus, padahal dia sudah berkorban banyak hal.
"Dia hanyalah salah satu sahabat yang membuatku nyaman. Akan tetapi, kamu adalah masa depanku, seseorang yang aku harap dapat menemaniku di sisa umurku. Aku tidak mau kamu berpikir macam-macam, karena semua tidak seperti yang kamu pikir."
"Apa Bapak tidak pernah berpikir untuk menikahinya? Maksudku, sebelum aku hadir di dalam kehidupan Bapak." Utari memalingkan wajah, dan sepasang mata mereka kini saling menatap.
"Tidak pernah." Bagus cepat-cepat memalingkan wajah, namun seketika Utari mengetahui perasaan pria itu. Bagus Pandhita pernah mencintai Windri, namun terhalang restu keluarga. Karena Windri bukan wanita yang memasuki taman itu.
"Kita akan sama-sama terluka jika meneruskan rencana ini."
"Di suatu waktu, di masa lalu mungkin aku memang pernah menyimpan kekaguman kepada Windri. Kami pernah sama-sama menaruh hati, namun kami tidak mungkin bersama."
"Karena aturan pasangan di keluarga Bapak?"
"Bukan. Mungkin kami cocok sebagai kawan berdiskusi, namun bukan sebagai pasangan saling mencintai. Selain karena perbedaan kepercayaan yang tidak mungkin dipersatukan, prinsip hidup kita sangat jauh berbeda."
"Maaf, tapi aku tidak mengerti."
Bagus Pandhita meremas tangan Utari di dalam genggamannya. Kali ini dia memilih untuk mengalah, dan dia berpikir di masa mendatangpun mungkin akan sering melakukannya. Lebih baik jujur sekarang, atau hubungan mereka akan rusak di masa depan. Bagus ingin memulai hidupnya dengan Utari, dan dia berpikir jika kejujuran adalah modal awal untuk hubungan baru itu.
"Kami seperti siang dan malam. Karir adalah segalanya bagi Windri. Selain sebagai waranggana, dia juga bekerja sebagai dosen seni dan pemilik beberapa sanggar. Waktunya banyak dihabiskan di luar rumah, sementara aku menginginkan seorang wanita yang selalu dekat denganku."