Mohon tunggu...
Maya Batari
Maya Batari Mohon Tunggu... Guru - Single Cool

mencintai diri sendiri dimulai dari dalam hati yang selalu berpikir positif dan bahagia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rahasia Cinta Sang Pewaris #Bab 15

13 April 2021   19:10 Diperbarui: 13 April 2021   19:15 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: workcrewsaustralia.com

Ada rasa bersalah menyeruak ke dalam hati Utari, ketika melihat tubuh Bagus Pandhita hampir terjatuh ke atas lantai. Utari terlalu kuat mendorong. Untung saja pria itu berpegangan pada dinding lift, jika tidak mungkin dia akan benar-benar jatuh terjengkang.

Gadis itu melirik sejenak pada wajah Bagus Pandhita yang masih saja setenang air mengalir. Utari berpura-pura memperbaiki bajunya yang masih rapi, sebelum berdiri bersidekap di salah satu sudut lift. Dia ingin bumi terbelah, dan menelan tubuhnya saat itu juga. Rasa malu itu hampir tak tertahankan.

"Kamu benar-benar marah padaku?" Bagus Pandhita menyandarkan tubuh, setelah merapikan letak topi hitam yang dikenakannya. Dia berdiri tidak jauh dari Utari, namun seperti tidak berniat menyentuh kembali gadis itu.

"Pikir saja sendiri!" Utari berusaha bersikap cuek.

Bagus Pandhita menatap sejenak pada Utari. Dia benar-benar seperti ingin menerkam gadis itu. Namun akhirnya dia hanya memilih bersandar santai, dan mengembuskan napas dengan berat.

Mengejar gadis muda seperti Utari memang tidak mudah, terlebih bagi pria seusia dirinya. Pola pikir mereka sungguh jauh berbeda. Utari baginya masih sangat kekanakan. Namun dia selalu mamaklumi, karena usia Utari yang masih sangat muda. Pola pikir Utari masih belum dewasa, tapi jika dia berterus terang sudah dipastikan perang dunia ketiga pasti akan meletus.

Bagus Pandhita terbiasa di kelilingi para wanita yang sangat mengerti dirinya. Teman diskusi yang mengasyikkan, dan tidak membuat otaknya bertambah pening. Mereka akan dengan senang hati mendengarkan semua keluh kesah Bagus, demikian juga sebaliknya. Para wanita itu berpikiran sangat matang dan dewasa, tidak seperti Utari yang sangat suka merajuk.

Pria itu harus mengakui, jika dirinya memang sedang berusaha keluar dari zona amannya. Jika semula dia menyangka Utari adalah seorang gadis penurut, maka pikirannya sudah salah besar. Gadis itu ternyata sangat manja dan juga seorang pembangkang.

"Jadi, kenapa Bapak mengikuti saya?" ketus Utari tanpa menoleh sedikitpun pada Bagus.

"Aku tidak mengikutimu. Kebetulan saja aku sedang berada di sini, dan ingin naik ke atas."

"Dasar pembohong! Saya baru mendengar ada seorang kepala daerah yang sangat pandai berbohong seperti Bapak!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun