"Ehm, entahlah. Hanya saja itu sepertinya terlalu dini untuk dibicarakan. Karena siapa tahu, Kang---eh, Bapak berubah pikiran."
"Apa maksud dari ucapanmu itu, Utari?"
"Saya tidak mau Bapak menyesal menikah dengan saya. Karena saya hanya gadis biasa, tidak ada yang istimewa dari diri saya yang bisa Bapak banggakan nanti."
"Riri, kamu ngomong apa, sih? Apa Ibu berkata sesuatu yang membuat kamu tersinggung. Jika benar begitu, nanti aku akan bicara dengan Ibu."
"Bukan---bukan begitu, Pak. Hanya saja ini masih agak berat untuk saya."
"Tapi aku tidak bisa mengundurkan jadwal pernikahan kita."
"Saya tahu, Pak."
"Jadi kamu tetap mau berusaha bukan?"
"Insya allah."
"Kalau begitu jangan sedih lagi. Jangan membuatku cemas di sini, dan membatalkan semua acara hanya karena mendengar kamu menangis."
"Iya, tidak akan. Semoga kunjungan kerja Bapak sukses."