Mohon tunggu...
yassin krisnanegara
yassin krisnanegara Mohon Tunggu... Pembicara Publik / Coach / Pengusaha

Dalam proses belajar untuk berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Hidup Adalah Tentang Keseimbangan: Pelajaran dari Hari Cerah dan Hujan

8 Juni 2025   18:07 Diperbarui: 9 Juni 2025   07:14 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Suatu pagi, langit begitu cerah. Cahaya mentari tumpah ruah dari balik jendela, menyentuh ubin yang dingin. Tapi tak jauh dari situ, hujan semalam masih menyisakan genangan kecil yang pelan-pelan mengering. Begitulah hidup: tak selamanya kering, tak pula terus basah. Ada terang, ada gelap. Ada tawa, ada tangis. Ada harapan, dan... ada kecewa.

Keseimbangan bukan sekadar soal mencampur dua rasa lalu mengaduknya rata. Hidup lebih rumit dari sekadar itu. Ia ibarat adonan yang sesekali perlu keasinan, kadang butuh sedikit rasa pahit, agar tak membosankan. Tapi entah mengapa, manusia cenderung mencintai yang indah-indah. Hari cerah, dompet tebal, senyum lebar, dan jalan lurus tanpa lubang. Lalu ketika hujan datang yang seharusnya menyuburkan justru dianggap musibah.

Padahal, hujan yang turun mungkin sedang menjalankan tugasnya. Ia membawa nutrisi dari langit. Menyiram tanah yang mulai kering. Membangkitkan benih yang sebelumnya tertidur. Apakah semua badai itu buruk? Tidak juga. Justru badai terkadang membentuk karakter. Ia tidak datang untuk merusak, tapi menguji fondasi: apakah seseorang punya akar yang cukup dalam untuk bertahan?

Dalam salah satu ayat Al-Qur'an disebutkan:

"Dan sungguh Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar."
(QS. Al-Baqarah: 155)

Ayat ini bukan tentang ketakutan yang mematikan. Tapi tentang bagaimana manusia diuji bukan untuk dihancurkan, tetapi diperkuat. Bukankah para pendaki gunung juga diuji oleh tanjakan dan tipisnya udara? Bukankah penari diuji oleh keseleo dan jatuh berkali-kali sebelum akhirnya lentur?

Keseimbangan, dalam makna yang lebih luas, bukan tentang membagi hidup dalam porsi yang sama rata. Bukan tentang membagi waktu kerja dan istirahat secara presisi. Kadang, seseorang harus bekerja lebih lama karena ada bayi yang harus diberi susu. Kadang, seseorang harus tidur lebih banyak karena pikirannya terlalu penuh. Yang penting bukan jumlahnya. Tapi bagaimana ia tetap merasa utuh meski dalam keadaan tidak sempurna.

Cobalah lihat seorang ibu. Ia bisa tertawa saat lelah. Ia bisa menyuapi anaknya di tengah tangisnya sendiri. Apakah ia hidup dalam keseimbangan? Mungkin iya, mungkin tidak. Tapi ia terus berjalan. Ia tak menyerah pada satu sisi. Ia tahu bahwa hidup bukan tentang menang terus atau kalah terus. Kadang ia cuma ingin... tetap bisa berdiri.

Banyak yang ingin kebahagiaan tanpa kesedihan. Tapi bukankah pelangi pun tak muncul tanpa hujan? Banyak yang mendambakan kedamaian tanpa ujian. Tapi seperti kata seorang bijak, tak ada pelaut tangguh yang lahir dari laut yang tenang. Itu mungkin terlalu klise, tapi memang ada benarnya. Manusia cenderung baru sadar kekuatannya justru saat terdesak. Ketika dipaksa memilih. Ketika kehilangan jadi guru paling sabar.

Namun, tak sedikit juga yang menyangkal ini. Mereka berkata, "Bukankah kita berhak hidup bahagia tanpa diganggu?" Tentu saja. Tapi apakah bahagia itu bisa berdiri sendiri tanpa pernah merasakan luka? Ini agak rumit. Ada yang bilang bisa. Tapi dalam kenyataan, luka membuat syukur menjadi lebih dalam. Air mata membuat senyum lebih jujur.

Seseorang yang pernah gagal mungkin akan lebih hati-hati. Ia tahu jalan berlubang. Ia tak lagi tergesa-gesa. Bukankah itu juga bentuk pertumbuhan? Sayangnya, tak semua orang mau tumbuh. Beberapa memilih mengutuk badai dan membenci hujan, padahal akar yang kuat hanya tumbuh jika tanah diguncang. Kadang, saat hidup terlalu tenang, justru tidak ada yang bergerak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun