Ada satu momen yang diam-diam paling menyakitkan tapi juga paling mendewasakan: saat harapan tak jadi kenyataan.
Kita sudah berusaha. Kita sudah berdoa.
Kita menaruh harap penuh keyakinan. Tapi pada akhirnya kecewa juga.
Rasanya seperti ditinggalkan di stasiun yang salah. Semua orang melaju ke tujuan masing-masing, kita terjebak sendirian di peron yang sepi.
Lalu, seseorang berkata, "Bersyukurlah."
Dan jujur saja, itu kalimat paling sulit untuk diterima saat itu.
Bagaimana caranya bersyukur, ketika yang kita harapkan tidak datang?
Bukankah rasa syukur itu hanya muncul saat menerima, bukan kehilangan?
Tapi pelan-pelan, saya belajar.
Syukur yang sesungguhnya bukan saat kita mendapat apa yang kita mau, tapi saat kita masih mampu melihat makna ketika tidak mendapatkan apa-apa.
 "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu; dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216)
Ayat itu tidak memberi jawaban instan. Tapi memberi ruang untuk perenungan yang dalam.
Dan saya rasa, itu cukup.
Tidak Semua Harapan Harus Tercapai
Kita hidup dalam dunia yang gencar mempromosikan pencapaian.
Postingan media sosial penuh dengan testimoni keberhasilan.
Satu orang diterima kerja, ratusan lainnya diam-diam menyembunyikan penolakan.
Satu orang menikah, teman-temannya menatap undangan dengan senyum getir.
Satu orang sukses, banyak yang masih berjuang.Â
Lalu kita bertanya dalam hati: "Kenapa bukan aku?"
Tapi begini...
Mungkin memang bukan waktunya.
Atau bukan tempatnya.
Atau bahkan bukan jalannya.
Saya pernah melamar pekerjaan yang saya inginkan sejak kuliah.
Saya kirim CV terbaik, saya latihan wawancara berhari-hari.
Tapi saya gagal.
Waktu itu rasanya malu, marah, dan kecewa campur aduk.
Namun bertahun-tahun kemudian, saya bertemu seorang teman yang bekerja di sana.
Dia bilang, "Lo beruntung gak kerja di sini. Sekarang lagi banyak masalah internal."
Dan saya terdiam.
Mungkin benar.
Apa yang saya anggap 'kehilangan' dulu, sebenarnya 'perlindungan'.