Mohon tunggu...
Yassica Megawati Vinkarisma
Yassica Megawati Vinkarisma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Matematika 2019 Universitas Brawijaya

Mahasiswa Matematika 2019 Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peran Mahasiswa Matematika dalam Menyongsong SDGs Guna Menyejajarkan Indonesia dengan Negara-Negara Maju

28 Oktober 2021   13:38 Diperbarui: 28 Oktober 2021   13:50 1450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sustainable Development Goals (SDGs) atau yang sering disebut tujuan pembangunan berkelanjutan telah ditetapkan pada September 2015 oleh 193 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa  (PBB). Program ini merupakan suatu kelanjutan dari program Millenium Development Goals (MDGs). SDGs memuat 17 sasaran pembangunan berkelanjutan yang terbagi ke dalam 169 target. Indonesia berkomitmen kuat untuk melaksanakan SDGs karena tujuan pembangunan nasional dan tujuan pembangunan global yang saling menguatkan. Sampai tahun 2019, pencapaian penerapan SDGs di Indonesia masih menduduki peringkat 102 dari 196 negara di dunia. Skor yang diperoleh tentunya masih sangat rendah yaitu 64, sedangkan skor rata-rata keseluruhan negara adalah 65. Hal inilah menjadi masalah yang seharusnya dapat dipecahkan pemerintah, masyarakat Indonesia dan tentunya oleh generasi muda khususnya mahasiswa. Mahasiswa sering disebut dengan agent of change yaitu pembawa perubahan dalam kehidupan, sebagai penerus, aksi mahasiswa seharusnya dapat memberikan dampak positif untuk Indonesia.

Peran Mahasiswa Matematika dalam Menyongsong SDGs

Guna Menyejajarkan Indonesia dengan Negara-Negara Maju

Berbicara tentang SGDs, perlu kita dalami apa tujuan dari program ini. SGDs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan bertujuan untuk menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang inklusif dan terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya. 17 tujuan dari SDGs tersebut diantaranya (1) Tanpa Kemiskinan; (2) Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; (4) Pendidikan Berkualitas; (5) Kesetaraan gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi Layak; (7) Energi Bersih dan Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur; (10) Berkurangnya Kesenjangan; (11) Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan; (12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab; (13) Penanganan Perubahan Iklim; (14) Ekosistem Lautan; (15) Ekosistem Daratan; (16) Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh; (17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Keberhasilan dari program ini masih patut dipertanyakan, karena Indonesia sendiri masih pada peringkat yang rendah. Berbagai upaya sudah coba dikerahkan oleh pemerintah, seperti mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, menerapkan tiga pilar ketahanan pangan nasional dan upaya-upaya di bidang lainnya. Program SGDs pastinya memiliki kendala, tiap tahun kekurangan pembiayaaan untuk pembangunan dalam rangka mencapai target Sustainable Development Goals (SGDS) mencapai US$3 triliun. Khusus Indonesia, kekurangan pembiayaan dalam rangka memenuhi kebutuhan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan sesuatu yang diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2019-2024 hingga saat ini mencapai Rp.1460 triliun (Bisnis.com). Untuk memastikan keberhasilan capaian SGDs, setiap tujuan besarnya harus teramati dan terukur dengan satu atau lebih indikator yang jelas yang harus dicapai dalam kurun waktu yang ditentukan. Hal ini sudah dipersiapkan oleh PBB dengan mengeluarkan dokumen yang berisi Goal and Targets from the 2030 Agend beserta untuk setiap indikator dan target.

Tidak hanya pemerintah, dalam mencapai dan menyongsong tujuan-tujuan program SGDs sangat diharapkan partisipasi atau bantuan dari pihak lain seperti akademisi, sektor swasta, Civil Society Organization (CSO) dan berbagai unsur masyarakat. Semakin banyak yang berpartisipasi dalam program SGDs, maka semakin tercapainya tujuan SGDs demi kepentingan bersama. Generasi muda terlebih mahasiswa mempunyai andil yang besar dalam hal perubahan negara Indonesia. Perubahan tersebut diharapkan perubahan yang membawa  negara  ke fase yang lebih baik dari sebelumnya. Mahasiswa diharapkan haus ilmu pengetahuan yang bararti selalu ingin tahu tentang perkembangan dan masalah- masalah yang terjadi di lingkungan ataupun negaranya. Peran mahasiswa dalam menyongsong SGDs guna menyejajarkan Indonesia dengan negara-negara maju dapat diwujudkan dengan hal-hal yang kecil yang nantinya akan berdampak besar bagi perubahan negara menjadi lebih baik.

Mahasiswa dari segala program studi dapat mengambil andil dalam menyejajarkan Indonesia dengan negara-negara maju, seperti contohnya mahasiswa dari program studi Matematika. Matematika berperan sangat penting di kehidupan sehari-hari dan tentunya pada program SGDs ini. Peran mahasiswa matematika dalam program SGDs ini adalah sebagai agent of change yaitu mahasiswa diharapkan dapat menemukan ide dan inovasi baru dalam berbagai permasalahan SGDs yang tentunya dapat terselesaikan dengan ilmu matematika yang dipunya.

Belajar lebih dalam tentang ilmu-ilmu matematika sehingga nantinya dapat menyelesaikan masalah-masalah real yang membutuhkan teknik-teknik matematika yang canggih. Gagasan-gagasan mengenai pemodelan matematika untuk menyelesaikan masalah pembangunan yang berkelanjutan sudah dibukukan dengan judul yang sama (Kaper & Rousseau, 2015).

Baru-baru ini sebuah panduan yag sangat penting tentang bagaimana konsep penyisipan dan integrasi pembangunan berkelanjutan dilakukan pada kurikulum matematika telah diterbitkan oleh PBB (UNESCO MGIP, 2017). Mahasiswa matematika akan mempelajari pemodelan matematika seperti pemakaian Google Scholar, mengembangkan alat kuantitatif yang dapat melakukan artibrase anatara butir-butir SDGs yang saling bertentangan dengan menggunakan General Algebraic Modelling System/GAMS(Bchir dkk, 2017). Contoh pemodelan matematika yang bisa digunakan juga yaitu pemodelan yang dipakai sebagai alat bantu       untuk proteksi lingkungan air tanah. Pemodelan ini dibuktikan dengan pencapaian indikator SDGs di Jawa Barat untuk memperbaiki kualitas air minum.

Mahasiswa matematika juga sebagai iron stock (generasi penerus yang tangguh). Sebagai generasi penerus yang akan meneruskan segala yang berkaitan dengan negara, tidak ada kata menyerah dalam memperjuangkan negara, yang ada hanyalah ketangguhan untuk menjadikan masa depan yang lebih baik. Peran Mahasiswa Matematika disini salah satunya dengan menciptakan pengembangan kota yang berkelanjutan untuk masa depan dimana "data streams will be collected, anakysed, acted upon and made openly available" (Institute for Future Cities), ini mengindikasikan pentingnya perhitungan kuantitatif untuk program SGDs. Pada tahun 2014, Higham mengatakan tentang pentingnya matematika dalam pengembangan kota yang ditulis dalam artikel berjudul "Mathematics for Future Cities". Mahasiswa matematika sebagai moral of force, berarti harus menjaga perilakunya sebaik mungkin karena mahasiswa merupakan contoh atau acuan di lingkungannya. Mahasiswa juga memiliki sebagai social control yang peka terhadap segala hal yang terjadi di lingkungan sekitar, aktif dan berperan penting di masyarakat, melakukan kegiatan-kegiatan sosial, menjaga kesejahteraan dan kedamaian serta mencegah perpecahan yang terjadi di  lingkungan.

Generasi muda terlebih mahasiswa tidak sedikit jumlahnya di negara Indonesia. Mahasiswa diharapkan bersatu bergotong-royong menerapkan perilaku positif yang dapat mengubah negara Indonesia menjadi lebih baik dan nantinya dapat sejajar dengan negara-negara maju yang lainnya. Mahasiswa adalah harapan terbesar bangsa dan negara untuk menatap masa depan yang cerah. Memiliki peranan yang sangat penting untuk program SGDs menjadikan mahasiswa harus terus bergerak aktif, inisiatif, dan positif membantu pemerintah mencapai tujuan-tujuan dari program SGDs. Dengan bekal-bekal yang diperoleh selama mengenyam pendidikan mahasiswa dapat memainkan perannya sebagai agent of change.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun