Saat kita menikmati makanan enak, ketika kita meminum minuman yang nikmat dan menyegarkan, kita terkadang tahunya hanya bisa memuji makanan dan minuman tersebut. Betapa enaknya, betapa segarnya, dan betapa nikmatnya.
Selain itu, kita juga terkadang bangga karena bisa membeli makanan enak dan minuman nikmat yang menyegarkan. Kita serta merta bangga dan berkata, inilah hasil usahaku. Pertanyaannya, sudahkah kita berpikir dari mana makanan dan minuman tersebut? Pernahkah kita cari tahu bagaimana prosesnya sampai berbentuk makanan enak dan minuman nikmat yang menyegarkan?
Pada kasus lain, kita mungkin bangga memiliki rumah mewah. Kita juga sering merasa gagah dengan kendaraan mahal yang kita miliki. Dengan percaya dirinya kita berkata, beginilah hasil kerja kerasku. Kita selalu bangga dengan apa yang kita peroleh. Seolah berpikir bahwa dengan mendapatkan uang yang banyak, kita telah hebat dan merasa benar-benar mengusahakan semuanya dengan sendiri. Akhirnya, timbullah perasaan sombong yang kemudian perlahan-lahan akan menghilangkan kebahagiaan dalam hidup kita.
Ya, perasaan sombong hanya akan membuat semuanya menjadi tak berarti. Betapa tidak, dengan perasaan sombong seseorang hanya akan fokus pamer kemewahan tanpa tahu cara bersyukur dan menikmati segala karunia Tuhan dengan semestinya.
Coba kita pikirkan. Kita mungkin bisa mengumpulkan banyak uang, tapi jika tak ada yang bisa dibeli, untuk apa uang yang banyak itu. Manusia memang bisa memproduksi uang tapi tak mampu menyiapkan kebutuhan hidup.
Makanan yang enak, yang terdiri dari beberapa kombinasi misalnya, daging, beragam sayuran, telur, dan yang lainnya, bisakah manusia menciptakan semua itu? Bisakah manusia menciptakan sebutir berasa saja? Mampukah manusia membuat secuil daging saja? Belum lagi bahan makanan lainnya, mampukah manusia menciptakannya? Jika kita menjawab semua itu, kita akan sadar bahwa kita hanyalah mencari, mengolah, dan menikmati. Yang menyiapkan semuanya hanyalah Allah Sang Pencipta segalanya.
Hal ini berlaku juga dengan fasilitas yang kita butuhkan. Rumah mewah, dari mana bahan dasarnya? Tentu ada pasir, besi, semen, yang semuanya berasal dari bumi ini. Adakah manusia yang bisa menciptakan pasir? Adakah yang mampu membuat bahan dasar semen? Adakah yang dapat membuat logam untuk dijadikan besi? Saat kita mencari jawabannya, kita pun akan semakin sadar bahwa, kita hanyalah mencari, mengolah, dan menikmati.
Tak perlu terlalu jauh memikirkan semuanya. Cukup perhatikan air yang kita minum, air yang kita pakai mandi, dan air yang kita gunakan untuk kebutuhan-kebutuhan lainnya. Kita mungkin berpikir bahwa dengan membayar air PAM setiap bulannya, kita sudah merasa hebat telah menyediakan air. Padahal kita hanya membeli bukan menyediakan. Manusia tidak satupun yang mampu menciptakan air, bahkan setetes saja.
Coba perhatikan lagi. Saat kita minum, terkadang kita menyisakan air di dalam gelas lalu membuangnya begitu saja. Kita seolah memandang remeh bahwa air bukanlah hal yang istimewa karena harganya tak semahal emas. Padahal, kita bisa hidup tanpa emas dan tanpa air, kehidupan akan rusak. Yang paling jelas, kita tak mampu menciptakan air bahkan setetes pun. Dengan itu, masihkah kita dengan seenaknya mau membuang-buang air?
Seharusnya dengan menyadari bahwa setetes air saja tak mampu kita ciptakan, kita akan semakin bersyukur dengan air yang melimpah. Kita harus semakin bersyukur dengan segala yang kita miliki, bukan berbangga sampai sombong dengan apa yang kita peroleh.
Kita memang bisa berusaha dan mencari. Tapi jika tak ada yang bisa diusahakan dan dicari, kita bisa apa? Kita tak mampu sama sekali menyiapkan segala kebutuhan kita di dunia ini. Jangankan semuanya, secuil saja kebutuhan kita tak mampu kita siapkan. Hanya Allah yang menyiapkan segalanya, sebab itulah kita harus lebih mengutamakan bersyukur, bukan membanggakan diri.