Mohon tunggu...
Yasir Husain
Yasir Husain Mohon Tunggu... Guru - Guru

Teacher; Penulis Buku Nasihat Cinta dari Alam, Surga Menantimu, SETIA (Selagi Engkau Taat & Ingat Allah)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia Tercipta dengan Sistem Kebaikan yang Super Canggih

2 Januari 2019   10:49 Diperbarui: 2 Januari 2019   10:52 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: merdeka.com

Fitrahnya manusia selalu menginginkan kebaikan dalam hidupnya dan terhindar dari segala keburukan. Manusia senang melihat keadilan dan tak suka dengan kesewenang-wenangan. Manusia ingin bahagia dan tak mau menderita. Jika kita paham semua hal tersebut dengan konsisten, harusnya tak ada lagi kejahatan di dunia ini. Paling tidak, semaksimal mungkin, semua manusia akan menghindari kejahatan atau perbuatan tercela lainnya.

Coba runungi lagi diri kita. Perhatikan baik secara jasmani dan rohani. Semuanya telah terangkai dengan sistem kebaikan, dan hanya akan merasa tenang berada di tempat yang baik.

Contoh secara fisik. Ketika salah satu bagian tubuh ini tertusuk duri pasti rasanya akan sakit. Duri adalah sesuatu yang berbahaya dan yang berbahaya sudah tentu tidak baik. Tubuh kita akan sakit ketika tertusuk duri, artinya tubuh ini pun tak menyukai hal yang tidak baik.

Selanjutnya secara rohani atau berdasarkan kejiwaan kita yang melibatkan rasa dan pikiran. Sebagai salah satu contoh, perhatikan ketika kita menonton film atau sinetron. Saat melihat kesewenang-wenangan dalam film atau sinetron, seketika rasa kita akan terusik. 

Secara otomatis emosi kita bereaksi karena ketidaksenangan kita pada hal-hal yang tidak baik. Bahkan, jika ada seorang perampok sekalipun yang menyaksikan sebuah film, pasti akan merasa tak senang dengan aksi-aksi antagonis. Itu baru di film. Tentu di dunia nyata rasa pro kebaikan itu akan semakin nyata.

Perhatikan ketika kita menyaksikan pelanggaran-pelanggaran yang terdapat di sekeliling kita. Dengan seketika mulut terkadang refleks melontarkan ucapan untuk mencela pelanggaran tersebut---bahkan---hingga mengutuknya. Dan yang paling terasa, ketika kita sendiri yang telah melakukan pelanggaran seketika ada rasa penyesalan yang muncul setelahnya.

Nah, semua itu karena diri kita tercipta dengan struktur kebaikan yang telah ditanamkan oleh Tuhan yang menciptakan kita. Tuhan menginginkan kebaikan untuk kita maka diciptakanlah diri ini dengan satuan kebaikan di dalamnya.

Coba perhatikan lagi, betapa tenangnya perasaan kita setelah menunaikan sebuah kebaikan. Ketika kita berbagi kepada orang-orang, kita bersedekah kepada orang-orang yang membutuhkan, secara otomatis ada rasa bahagia yang muncul di dalam hati dan itu tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Ketika kita menolong seseorang dan seketika orang yang kita tolong mengucapkan terima kasih, saat itu pula rasa tenang dan bahagia menghujam ke dalam hati lalu menyebarkan kedamaian di diri kita.

Masih banyak bukti nyata lainnya tentang bagaimana diri ini memang tercipta dari kebaikan-kebaikan. Hal yang paling kecil seperti senyuman misalnya. Ketika senyum terpancar pada raut seseorang, kita pun akan senang melihatnya. Bandingkan jika cemberut yang kita saksikan, reaksi kita pasti jauh dari rasa senang. Kesimpulannya, tubuh kita, diri kita ini memang memiliki struktur kebaikan yang sangat canggih. 

Tuhan dengan ke-Mahakuasaan-Nya telah menformat semua itu dengan sempurna. Ingat, sistem kebaikan pada diri kita tercipta dengan sangat canggih, super canggih. Lebih canggih dari segala kecanggihan yang diciptakan manusia di dunia ini.

Jika kita selalu memahami hal tersebut. Kita selalu sadar dengan komposisi diri kita baik secara jasmani dan rohani, itu sudah cukup menjadi pelajaran bagi kita bahwa segala pelanggaran memang bukanlah kebaikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun