Pernah merasakan perasaan bahagia? Pernah merasakan perasaan tenang dalam hati, damai dalam pikiran, dan tentram dalam pergaulan? Semua itu adalah rasa yang positif. Rasa yang menghilangkan segala kegelisahan, kegalauan, dan kerisauan.
Ya, rasa nyaman yang tumbuh di dalam hati akan memancarkan aura kebahagiaan pada diri kita. Semakin lama rasa itu bertahan, semakin lama pula ketenangan yang kita rasakan. Tapi, rasa itu bisa seketika hilang dengan pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Lalu, hilanglah kebahagiaan berganti dengan ketidaktenangan.
Ketika rasa di dalam hati masih banyak tergantung dengan situasi di luar, maka rasa nyaman di dalamnya tidak akan stabil. Ketika rasa di dalam hati sumbernya berasal dari situasi dari luar, maka kebahagiaan yang timbul di dalamnya hanyalah kebahagiaan semu.
Ada orang yang terlihat senang, tapi senangnya ketika melihat orang lain susah. Saat orang lain senang, malah dia yang jadi susah. Bahagia dengan penderitaan orang lain dan menderita dengan kebahagiaan orang lain. Rada semacam inilah yang tidak pernah mendapatkan ketenangan sejati.
Jika kita menyelami lagi makna bahagia, kita akan semakin sadar bahwa bahagia itu hakikatnya akan terikat erat dengan kebahagiaan-kebahagiaan lainnya. Kebahagiaan sejati akan tumbuh sebab kebahagiaan juga, yaitu rasa tenang, nyaman dan damai.
Rasa bahagia adalah rasa yang berkembang di dalam hati, yang nutrisinya bukan dari berbagai penyakit hati. Rasa bahagia adalah rasa yang tumbuh dari partikel-partikel kebaikan, rasa positif, yang jauh dari kebencian, iri dan dengki.
Olehnya itu, jika saat ini kita mengaku bahagia, tentunya kebahagiaan itu akan bertambah saat kita melihat orang-orang di sekitar kita pun bahagia. Jika saat ini kita mengaku bahagia, maka rasa benci di dalam hati, iri, dendam dan dengki, akan kita buang jauh-jauh. Sebab kebahagiaan sejati adalah rasa yang terus berkembang mencari kebahagiaan lainnya.
Singkatnya, orang yang bahagia adalah orang yang senang dengan kebahagiaan, termasuk senang terhadap kebahagiaan orang lain, kebahagiaan orang-orang di sekiranya. So, sudahkah kita bahagia hari ini?
"Jika sampai saat ini, kebahagiaan masih belum mau menetap dengan konsisten di dalam hati, bisa jadi di dalam hati kita masih tumbuh bibit kebencian, iri, dendam dan dengki."
Wallahu A'lam
Yasir Husain, Penulis Buku SETIA (Selagi Engkau Taat & Ingat Allah)