Mohon tunggu...
Yasintus Ariman
Yasintus Ariman Mohon Tunggu... Guru - Guru yang selalu ingin berbagi

Aktif di dua Blog Pribadi: gurukatolik.my.id dan recehan.my.id

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati Keindahan Bukit Kembar Rende Sumba Timur

24 Maret 2022   07:26 Diperbarui: 4 Maret 2024   22:06 1421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan Bukit Kembar Rende (Foto: Dokpri)

Sumba Timur menyimpan begitu banyak pesona alamnya yang belum banyak terekpose ke dunia luar. Hamparan padanag sabana yang membentang luas  dengan gugusan bukit-bukit yang menantang menjadi cirikhas utamanya.

Dari sekian banyak gugusan bukit yang menghiasi padang sabana, ada satu nama bukit yang kadang mengundang senyum. Dialah bukit kembar. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai bukit kembar karena hanya terdiri dari dua buah bukit yang kurang lebih memiliki bentuk dan ukuran yang sama.

Bukit  ini berada di Rende. Jaraknya kurang lebih delapan puluh kilo meter dari Waingapu ibu kota kabupaten Sumba Timur. Bukit ini jauh dari pemukiman penduduk. Menikmati panorama bukit ini tentu bukan dengan cara menginjakan kaki tepat di atas bukit kembar melainkan dengan cara melihatnya dari sisi bukit yang lain yang jauh di seberang jalan utama Melolo-Waijelu.

Belum ada pembatas di sisi bukit untuk memudahkan orang melihatnya. Karena itu harus ekstra hati-hati jika tidak ingin terperosok ke dalam jurang.  Namun ini juga merupakan tantangan yang tentu saja memiliki pesona tersendiri.

Ada banyak orang yang mengabadikan gambarnya dan membagikannya di media sosial. Namun jarang atau bahkan tidak menceritakan detail tentang bukit kembar ini. Pergi ke tempat ini alangkah lebih baik bersama kelompok atau keluarga besar, mengingat tempat ini sepi dan jauh dari keramaian.

Menikmati keindahan bukit kembar ini, lebih terasa pada waktu pagi hari menjelang fajar menyingsing dan pada sore hari menjelang matahari terbenam. Sangat tidak dianjurkan untuk pergi pada siang hari jika tidak ingin gosong dibakar matahari.

Di Sumba Timur, musim kemarau lebih lama dari pada musim hujannya. Keadaan ini seakan mengisyaratkan jika alam Sumba Timur umumnya terasa lebih dekat dengan matahari. Maklum cuacanya sangat panas pada siang hari. 

Sehingga tidak heran jika penyair sekelas Taufik Ismail (1970) melukiskannya dengan ungkapan : "Di mana matahari membusur api, cuaca kering dan ternak melenguh".  Hal ini diungkapkannya dalam salah satu larik puisinya yang berjudul "Beri Daku Sumba". 

Pesona alam sumba Timur memang akan jelas terasa kala musim hujan menghampiri. Saat inilah padang sabana Sumba berubah wujudnya menjadi lebih hijau, sejuk dan segar.

Ada banyak gugusan bukit sabana Sumba. Dan masyarakat memberi nama bukit sesuai dengan keadaannya yang asli. Misalnya ada nama bukit seribu karena ada banyak gugusan bukit. Ada juga bukit Piara Kuku karena menyerupai kuku pada jari kaki dan tangan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun