Mohon tunggu...
Yasintus Ariman
Yasintus Ariman Mohon Tunggu... Guru - Guru yang selalu ingin berbagi

Aktif di dua Blog Pribadi: gurukatolik.my.id dan recehan.my.id

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Terakdreditasi "A" tetapi Prestasi UN Rendah

27 Mei 2019   20:38 Diperbarui: 27 Mei 2019   20:59 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kupang.tribunnews.com

Tulisan ini hanyalah sebentuk pergulatan batin penulis sebagai guru. Hal ini mungkin bisa saja dinilai sebagai upaya menelanjangi diri sendiri, dalam arti mengupas kekurangan diri di tengah mayoritas orang yang enggan jujur dengan kenyataan. Atau mungkin saya bakal dinilai sok jujur, bahkan sok hebat di hadapan orang yang ingin cuci tangan atau bahkan cuek dengan masalah pendidikan di NTT khususnya. Namun, saya tetap berada pada batas kesadaran bahwa apa yang saya katakan masih sebagai asumsi karena masih banyak orang yang tekun berjuang memajukan pendidikan di NTT.

Secara pribadi, saya tidak habis berpikir dan terus bertanya dalam diri. Mengapa ada begitu banyak sekolah di NTT yang sudah terakreditasi A, atau B tetapi prestasi UNnya merosot. Berdasarkan kenyataan ini, bisa ditarik suatu kesimpulan yakni nilai akreditasi tidak berbanding lurus dengan prestasi belajar siswa. Padahal, sejatinya ada korelasi yang berimbang antara nilai akreditasi dengan output yang dihasilkan. 

Sejujurnya untuk memperoleh nilai akrediatsi A atau B buikanlah perkara yang gampang. Ada delapan standar penilaian (standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, stnadar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian) dengan ratusan item penilaian yang harus dijawab dan tentunya sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. 

Bila ditelusuri lebih dalam, sebuah sekolah yang sudah terakreditasi A berarti sekolah itu sudah memenuhi semua kriteria penilaian yang ada. Itu artinya semua komponen pembentuk yang memungkinkan untuk menghasilkan peserta didik berprestasi pasti terjamin. Ya, sekurang-kurangnya prestasi UN. JIka itu tidak terjadi, hemat saya sesungguhnya ada sesuatu yang keliru dalam proses pembelajaran pun penilaiannya.

Kecenderungan yang terjadi adalah pihak sekolah merasa bangga jika sekolahnya terakreditrasi A dan tidak terlalu mempedulikan bagaimana meningkatkan kompetensi guru, menciptakan metode dan pendekatan yang tepat untuk meningkatkan kualitas didik siswa. Rasa-rasanya guru lebih banyak berfokus untuk menyelesaikan adaminsitrasi guna memenuhi penilaian masing-masing standar. Inilah yang kadang luput dari perhatian. Dan kadang selalu ada argumentasi untuk membenarkan diri.

Jika demikian, sipakah yang pantas untuk disalahkan? Jawabannya masih saja terjebak pada hal serupa yakni kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, peserta didik, orangtua, lingkungan sosial kemasyarakatan maupun pemerintah merupakan komponen yang mestinya saling bersinergi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun