Mohon tunggu...
Yasintus Ariman
Yasintus Ariman Mohon Tunggu... Guru - Guru yang selalu ingin berbagi

Aktif di dua Blog Pribadi: gurukatolik.my.id dan recehan.my.id

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Kebangkitan Nasional, Ciptakan Persatuan dan Perdamaian

20 Mei 2019   12:34 Diperbarui: 20 Mei 2019   12:47 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Guru SMA PGRI Waingapu (foto dokumentasi pribadi)

Hangatnya suasana politik yang menyelimuti bangsa saat ini tentu memunculkan kecemasan tersendiri di hati rakyat. Manufer-manufer politik yang dimotori oleh para tokoh-tokoh politik bangsa jelas menambah riuhnya suasana. Ini tentu sebagai konsekuensi logis dari alam demokrasi yang telah dibangun, dimana setiap orang bebas mengeluarkan pendapat secara lisan dan tertulis. Kebebasan inilah yang kadang dinilai sebagai bentuk kenikmatan berwarganegara.

Namun alam demokrasi yang telah susah payah dibangun pasca runtuhnya rezin Orde Baru akan berubah menjadi anarkhi jika kebebasan berekspresi telah menghasilkan ancaman, baik ancaman terhadap individu maupun ancaman disintegrasi bangsa. Mayoritas rakyat di negeri ini tentu tidak menghendaki hal itu terjadi. 

Menengok kembali lembaran sejarah, hari ini seratus sebelas (111) tahun yang lalu bangsa kita mengenang kembali moment kebangkitan. Kebangkitan dari situasi ketertindasan dan keterbelakangan dalam banyak aspek. Hari ini kebangkitan itu bukan lagi isapan jempol semata. Kebangkitan itu sudah menjadi kenyataan yang dinikmati bersama dari Sabang sampai Merauke. 

Peristiwa kebangkitan inilah yang mesti menjadi spirit bersama di tengah kegalauan politik. Bahwasannya, saat ini kita tidak lagi dijajah secara fisik oleh bangsa lain. Kita tidak lagi terjebak dalam keadaan keterbelakangan. Namun satu hal yang pasti adalah tantangan hidup berbangsa akan selalu menghampiri. Dan bisa saja lebih berat bila dibandingkan dengan tantangan yang dihadapi oleh para pejuang di awal kemerdekaan. Sebagaimana Soekarno pernah bilang bahwa tantangan yang lebih berat adalah ketika bangsa harus melawan dirinya sendiri. 

Apa yang disampaikan Oleh bapak Proklamator ini terasa selalu aktual hingga sekarang. Sebab, musuh terbesar kita saat ini adalah diri kita sendiri yang sudah terpola oleh aneka perbedaan terlebih perbedaan pilihan serta arah dan pandangan politik. Isu people power yang kemudian berubah menjadi kedaulatan rakyat, kencang didengungkan. Para elite politik yang semestinya hadir sebagai penyejuk kebersamaan, nyata muncul sebagai pihak yang memperkeruh keadaan. jika sudah terjadi demikian, pertanyaannya adalah siapa yang harus dilawan dan apa yang sedang diperjuangkan? 

Jika perjuangan itu untuk kedaulatan rakyat mestinya bukan dengan cara menghacurkan kedaulatan itu sendiri. Tentu kita tidak menginginkan negeri kita hancur karena perkelahian antara sesama saudaranya sendiri. Perbedaan pilihan dalam politik itu lumrah dan kita semua diharapkan untuk belajar rendah hati guna menerima kelebihan sesama saudara yang lain serta menerima kekurangan diri sendiri. 

Untuk itu, di hari Kebangkitan Nasional ini, baiklah semua pihak menahan diri bukan untuk berpikir bagaimana menghacurkan pihak lain yang beda pilihan politik. Tetapi menahan diri untuk bangkit bersatu. Halaukan kepentingan pribadi dan golongan. Bangkitkan pikiran, ide, gagasan yang mempersatukan dalam melawan tipu daya hoaks, iri hati, dendam serta amarah yang menyala-nyala. Bukan untuk kepentingan siapa-siapa tetapi untuk kebaikan bersama. Sebab,bukankah perseteruan hanya akan menciptakan kehancuran? Marilah kita bangkit bersatu untuk menciptakan perdamaian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun