Mohon tunggu...
Yasintus Ariman
Yasintus Ariman Mohon Tunggu... Guru - Guru yang selalu ingin berbagi

Aktif di dua Blog Pribadi: gurukatolik.my.id dan recehan.my.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jiwa Tersangkar (2)

14 Mei 2019   11:32 Diperbarui: 14 Mei 2019   11:36 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Walau demikian, perempuan juru masak itu memiliki keyakinan sendiri:

"Besok pagi aku akan bangun lebih awal dari biasa. Aku yakin si mata mesum itu akan bangun lebih awal lagi untuk melakukan aktivitas abnormalnya."

Begitulah keyakinan perempuan juru masak itu. Dan keesokan harinya, sebagaimana biasa, juru masak itu melaksanakan tugasnya. Ia menyiapkan sarapan pagi bagi para penghuni rumah karantina.

Ia sudah menduga kalau Misel akan melakukan perbuatan seperti yang pernah ia lakukan sebelumnya, yaitu mengintipnya dari balik jendela dapur sembari menyetubuhi bayangan dirinya. Ia yakin benar kalau Misel masih melakukan hal serupa. Dan, demikianlah adanya.

Dengan penuh was-was bersama jantung yang berdegup kencang, perempuan juru masak itu memberanikan diri mendekati Misel yang asyik menyetubuhi dirinya sendiri dengan mata terpejam.

"Misel..., aku tahu apa yang sedang engkau lakukan. Rasanya, ini bukan kali pertama engkau melakukan itu sembari mengintipku dari balik jendela."

Sergap wanita itu dengan penuh kelembutan dan sopan santun. Tak ada bunyi-bunyian. Suasana pagi subuh yang sangat lengang. Tak ada orang lain selain mereka berdua, yang satu memendam syawat dan berusaha melampiaskannya sedangkan yang lain lagi menyimpan nasehat saleh nan suci. Sergapan wanita itu membuat Misel kaget hingga terjatuh.

"Haaaa??? Apa katamu? Aku tak mengerti maksudmu."

Meski begitu Misel tersenyum gembira dalam hatinya. Karena perempuan dalam lamunannya ternyata mengetahui apa yang telah dilakukannya. Ia menaruh harap agar perempuan juru masak itu bakal mengerti maksudnya. Ia menghendaki agar ia menuntaskan hasratnya saat itu juga.

Namun, hal itu di luar perhitungannya. Lagi-lagi bunyi lonceng di menara Kapela membuyarkan segalanya.

"Teng...teng...teng..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun