Mohon tunggu...
Yasinka Anabila
Yasinka Anabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia

explore psychology and have an interest in gender issues

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Psychological First Aid: Sumbangsih Psikologi sebagai Tindakan Preventif Pasca Bencana Alam

10 Agustus 2022   15:00 Diperbarui: 21 Agustus 2022   15:20 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bencana alam tentu bukan hal yang baru terutama bagi Indonesia yang rentan akan bencana alam karena terletak di jalur Lingkaran Api (Ring of Fire) Pasifik atau disebut juga dengan Cincin Api Pasifik, dan letak geografis ini berpengaruh besar terhadap gunung meletus, gempa bumi bahkan tsunami. 

Sekitar 90 persen dari semua gempa bumi di dunia berasal dari wilayah Lingkaran Api Pasifik dan terdapat 450 rangkaian gunung api aktif maupun tidak aktif. Tetapi tingkat resiko dari bencana alam tersebut tergantung pada masing-masing wilayah seperti jarak dengan pusat gempa.

Korban yang menjadi dampak dari bencana tersebut setidaknya mengalami shock karena dihadapkan dengan situasi panik dan mendesak. 

Shock biasanya ditandai dengan keringat dingin, cemas, detak jantung yang tidak beraturan, deru nafas cepat tetapi pendek, linglung atau kebingungan, denyut nadi cepat namun bisa juga sangat lambat atau bahkan tidak terasa sama sekali, bahkan dapat kehilangan kesadaran atau pingsan. 

Pengalaman bencana alam tersebut banyak meninggalkan trauma bagi korbannya, baik itu trauma ringan maupun berat.

Peran psikologi dalam membantu pencegahan gangguan mental lebih serius diwujudkan dengan Psychological First Aid (PFA) atau yang akrab disebut dengan Bantuan Awal Psikologis. PFA merupakan tindakan pertama yang dilakukan dalam durasi singkat kepada seseorang yang baru saja mengalami krisis, bencana, bahkan keadaan darurat untuk membantu keadaan pada saat itu. 

Tindakan ini bersifat umum dan sederhana sehingga dapat dilakukan dan dipelajari oleh siapa saja karena bukan merupakan penanganan oleh professional seperti psikiater atau psikolog, juga bukan berfungsi untuk menyembuhkan atau menghilangkan gangguan-gangguan psikologis serius serta tidak ditujukan untuk menghilangkan reaksi-reaksi emosional yang wajar dalam kondisi tidak wajar.

PFA bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar mendesak, mengurangi tingkat stress yang dialami, serta memperkuat daya adaptasi sehingga dapat mencegah dampak gangguan yang lebih serius sehingga membantu proses pemulihan alami. Berikut prinsip-prinsip dalam melakukan PFA:

  • Look (Amati)

Prinsip pertama mencakup bagaimana penolong mengamati lingkungan serta kondisi yang mengelilingi para korban. Di sini, akan lebih baik jika penolong bisa lebih sensitif terhadap korban dengan reaksi yang cukup serius.

  • Listen (Dengar)

Mendengarkan aktif merupakan komponen utama dalam prinsip ini. Pada tahapan ini, penolong mendekati para korban dengan membangun rapport dan mengembangkan kemampuan mendengarkan aktif untuk memahami apa yang mereka rasakan.

  • Link (Hubungkan)

Penolong juga dapat memberikan informasi yang mereka ketahui dan mencoba menghubungkan para korban dengan keluarga mereka maupun pihak-pihak terkait yang memiliki bantuan yang dibutuhkan oleh korban seperti kebutuhan pokok mendasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun