Mohon tunggu...
Yarifai Mappeaty
Yarifai Mappeaty Mohon Tunggu... Penulis - Laki

Keterampilan menulis diperoleh secara otodidak. Sejak 2017, menekuni penulisan buku biografi roman. Buku "Sosok Tanpa Nama Besar" (2017) dan "Dari Tepian Danau Tempe (2019).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gerah Pada Akal Sehat Rocky Gerung

25 Februari 2019   22:37 Diperbarui: 7 Maret 2019   18:09 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

(Catatan dari diskusi "Menolak Pembusukan Filsafat")

Oleh : Yarifai Mappeaty*)

Dua dasawarsa usia era reformasi, antara lain, ditandai oleh tampilan wajah-wajah palsu kekuasaan menghegemoni ruang publik. Seperti simulacra, meminjam Baudrillard, pemikir kontemporer asal Prancis. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, gegap narasi pencitraan mampu meredam nalar dan sikap kritis.

Lantas, ke mana perginya para pemikir dan media kritis penyuara kebenaran itu sembunyi? Padahal, dahulu, mereka tak pernah lelah memantik diskursus kritis terhadap setiap upaya determinasi kekuasaan.

Di tengah kejenuhan yang tak henti-henti dipapar narasi simulcra itu, tiba-tiba muncul narasi kritis akal sehat Rocky Gerung, menghentak, membangunkan nalar publik seantero negeri.

Diksi yang ia suguhkan begitu bertenaga, sehingga dengan mudah menggulung narasi simulacra tanpa ampun, seperti gulungan ombak menghapus rumah pasir di pantai. Tidak membutuhkan waktu lama, Rocky Gerung menjadi demikian populer, sehingga pantas disematkan man of the year padanya.

Kemunculan Rocky di tengah suasana publik yang sudah terbelah dua oleh kontestasi politik Pilpres 2019, mau tak mau, mesti menuai pro dan kontra.  Narasi kritisnya yang tajam menghunjam ke jantung kekuasaan, membuat dirinya dielukan oleh kaum opisisi. Namun di sisi lain, ia menjadi sosok paling dibenci oleh pendukung dan penikmat kekuasaan.

Tak hanya itu, mereka bahkan gerah. Sangking gerahnya, Rocky sampai dilaporkan ke institusi penegak hukum dengan menggunakan delik menista agama, lantaran dalam salah satu narasinya, Rocky menyebut kitab suci sebagai fiksi.

Tetapi pada akhirnya, kemarahan para pembenci Rocky itu dapat dimaklumi. Mereka tak ingin ada pihak yang mengganggu grafik elektabilitas sang petahana. Kira-kira dalam pikiran mereka, Rocky hanya dapat dibungkam dengan delik tersebut.

Sebagai guru filsafat, kemunculan Rocky di ruang publik membuat banyak orang tiba-tiba tertarik membincangkan filsafat. Padahal, selama ini, filsafat dianggap sebagai pengetahuan tidak berguna dan membosankan. Kelas filsafat di perguruan tinggi, sepi peminat, adalah bukti mengenai hal itu. Tapi kemudian menjadi menarik berkat narasi akal sehat Rocky.

Lontaran-lontaran Rocky, selain menginspirasi, juga merangsang  imaginasi, membuat penulis tiba-tiba juga tertarik pada filsafat. Ketertarikan itu sampai membawa penulis mengikuti sebuah diskusi bertajuk "Menolak Pembusukan Filsafat", yang diselenggarakan kira-kira dua pekan setelah Rocky memenuhi panggilan polisi terkait dengan tuduhan di atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun