Mohon tunggu...
Yanuar Fajar Pamungkas
Yanuar Fajar Pamungkas Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Jurusan Ilmu Komunikasi '2015. Penulis amatir. Keep It Short and Simple (KISS).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengais Rezeki dengan Melestarikan Kebudayaan

20 September 2015   17:58 Diperbarui: 20 September 2015   18:37 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Di kawasan Tugu Jogja, setiap malam minggu atau tepatnya sabtu malam, terdapat banyak orang yang mengunjungi dan memenuhi area Tugu jogja. Tempat yang disebut tugu atau monumen yang sering dipakai sebagai simbol atau lambang dari kota Yogyakarta itu dibangun oleh Hamengkubuwana I, pendiri kraton Yogyakarta. Tugu yang terletak di perempatan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Margo Utomo ini, mempunyai nilai simbolis dan merupakan garis yang bersifat magis menghubungkan laut selatan, kraton Jogja dan gunung Merapi.

Tugu yang menjadi pusat perhatian para pengunjung local maupun domestic dari beberapa negara. Sebagai suatu destinasi pariwisata yang wajib dikunjungi apabila berkunjung di kota Yogyakarta. Tugu jogja tak pernah sepi dari para pengunjug-pengunjungya di waktu malam hari. Bahkan semakin malam banyak orang berdatangan. Mulai dari anak-anak, remaja, bapak-bapak dan ibu-ibu, kalangan anak muda hingga ada seorang waria maupun banci-banci yang berkeliaran di area tugu jogja.

Banyak yang berjualan, menjajakan daganganya, dan ada juga yang menjualkan jasa. Seperti salah satunya keunikan yang terjadi di tempat wisata Tugu Jogja adalah adanya seorang yang menggunakan baju atau pakaian adat jawa kraton, istilah dalam basa jawanya adalah “pasukan lombok abang”. Dengan menggunakan baju adat kraton, konsep yang diambil adalah untuk menarik para pengunjung agar bisa berfoto dengan si penjual jasa tersebut.

Dengan ciri khas jogja asli, si penjual jasa foto tersebut sangat kreatif dengan menggunakan property seperti tombak, sepeda ontel, baju perang pada zaman dahulu dan assesoris lainnya. Bisa menarik perhatian para pengunjung untuk sekedar mencari informasi dan berfoto bersama. Tentunya tidak secara gratis kita mengambil gambar atau foto bersama dengan si penjual jasa foto unik pemakai baju adat kraton tersebut. Dengan merogoh kocek Rp 20.000 kita bisa mengajak temen-temen kita, keluarga, bahkan pacar untuk mengambil foto bersama dengan si pemakai baju adat kraton tersebut.

Ada yang selfie, grovee, dan gaya bebas deh pokoknya sesuai permintaan pengunjung. Setelah berfoto dengan si pemakai baju adat kraton, kita akan langsung mendapatkan foto yang otomatis bisa tercetak di kamera si penjual jasa foto tadi. Jadi kita foto bareng bersama pemakai baju adat kraton bonusnya kita langsung mendapatkan cetakan fotonya. Bisa memilih ukuran berapa R ukuran fotonya. Dan bisa langsung di pajang deh foto kita tadi. Tapi bagi penulis ada yang kurang yaitu si pemakai baju adat kraton berjumlah 2 orang, jadi kurang dibanyakin anggota personilnya biar lebih ramai dan meriah.

Keunikan lainnya dari si penjual jasa foto dengan orang berbaju adat kraton tersebut adalah karena dapat ditemui di tempat yang sangat strategis yaitu di area Tugu Yogyakarta. Yang mana antara baju adat kraton bersinergi dengan sebuah tugu yang mempunyai keistimewaan bagi pengunjung yang melihat dan merasakannya dan merupakan ciri khas Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu tugu dan keraton.. Selain untuk mengais rezeki, si penjual jasa foto dengan orang berpakaian adat kraton tersebut juga ingin melestarikan kebudayaan jogja atau dalam bahasa jawanya adalah “uri-uri kabudayan” agar supaya tidak punah dan hilang seiring berkembangnya zaman dan mengglobalnya trend masa kini. Sehingga kebudayaan Yogyakarta masih ada dan akan selalu ada disepanjang masa era zaman modern ini.

Dampak dari penjual jasa foto dengan orang berbaju adat kraton adalah membuat perekonomian si penjual pribadi menjadi lebih baik, dapat mencari nafkah sekaligus bermanfaat untuk masyarakat karena melestarikan kebudayaaan kearifan lokal. Lalu membuat perekonomian daerah Yogyakarta menjadi naik karena banyaknya pengunjung yang berwisata di jogja khususnya di Tugu Yogyakarta, dengan tiket retribusi dapat menambahkan devisa negara bahkan lewat pajak parkir dan pajak izin berjualan disekitar area tugu bisa membantu perekonomian kota jogja.

Dan khususnya memberikan informasi kepada pengunjung dari lokal maupun domestik mancanegara bahwa Yogyakarta mempunyai keistimewaan tersendiri dari adanya tugu dan keraton sebagai wujud keistimewaanya. Yogyakarta itu istimewa negrinya, dan istimewa orangnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun