Mohon tunggu...
Yanti Sri
Yanti Sri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ibu rumah tangga yg Mahasiswa Di IAILM PP.SURYALAYA PRODI ILMU TASAWUF

Ibu dari 3 anak laki laki dan 3 cucu laki laki yg senang traveling religi

Selanjutnya

Tutup

Diary

Perjalanan Ibadah Umroh: Kisah Cinta, Keajaiban, dan Pengalaman Tak Terlupakan

29 November 2024   21:09 Diperbarui: 29 November 2024   21:09 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kami tidak pernah menyangka akan dipanggil Allah SWT untuk menunaikan ibadah umroh bersama sebagai suami istri. Perjalanan ini menjadi pengalaman spiritual yang penuh hikmah, ujian, dan keajaiban yang akan selalu kami kenang seumur hidup.

Setibanya di Madinah, hati kami bergetar melihat keagungan Masjid Nabawi. Kami memulai dengan doa bersama, meminta kelancaran ibadah dan keberkahan dalam perjalanan ini. Salah satu momen yang paling kami tunggu adalah masuk ke Raudhah, tempat mustajab untuk berdoa yang disebut sebagai taman surga. Namun, di tengah antusiasme kami, sebuah kejadian tak terduga terjadi.

Istri saya masuk ke area Raudhah khusus wanita bersama rombongan, sementara saya menunggu di luar. Setelah beberapa jam berlalu, dia tidak kunjung keluar. Saya mulai cemas, bertanya kepada petugas dan jamaah lain, tetapi tidak ada yang tahu keberadaannya. Kekhawatiran saya semakin besar, terutama karena Raudhah selalu penuh dengan ribuan jamaah dari berbagai negara. Saya terus berdoa, memohon perlindungan Allah untuk istri saya.

Setelah hampir setengah hari, tiba-tiba dia muncul dengan wajah sumringah, seperti tidak terjadi apa-apa. Saat saya menanyakan ke mana saja dia selama ini, dia menjawab dengan santai, "Aku merasa baru sebentar di dalam. Rasanya seperti waktu berhenti. Aku berdoa, menangis, dan merasakan kedamaian yang luar biasa." Penjelasannya membuat saya tertegun. Saya menyadari bahwa di tempat suci seperti Raudhah, waktu dan ruang bisa terasa berbeda, dan Allah telah melindunginya dengan cara yang menakjubkan.

Perjalanan kami dilanjutkan ke Makkah, tempat di mana hati kami bergetar lebih dalam saat pertama kali melihat Ka'bah. Air mata kami mengalir deras, dan kami saling menggenggam tangan, berdoa untuk kehidupan yang lebih baik dan keberkahan dalam rumah tangga kami. Ketika thawaf, kami menghadapi keramaian jamaah, tetapi suami saya tidak pernah melepas genggaman tangannya. Dia selalu memastikan saya aman, meskipun kerumunan begitu padat.

Salah satu peristiwa paling mengharukan terjadi ketika Allah memberikan kesempatan kepada  istri saya, untuk mencium Hajar Aswad. Kami awalnya tidak berniat memaksakan diri, tetapi di tengah keramaian, ada ibu dan anaknya seolah memberikan jalan kepada saya. Saya tidak percaya, tetapi dalam hitungan detik, saya sudah berada tepat di depan Hajar Aswad. Air mata saya kembali mengalir deras saat mencium batu hitam yang penuh berkah itu. Rasanya seperti mimpi. Ketika saya kembali ke sisi suami, dia tersenyum penuh haru dan berkata, "Ini benar-benar hadiah dari Allah untukmu."

Malam terakhir kami di Makkah, kami duduk berdua di depan Ka'bah. Tidak ada kata yang terucap, hanya doa dan rasa syukur yang mengalir dari hati kami. Perjalanan ini tidak hanya mempererat hubungan kami sebagai pasangan, tetapi juga mendekatkan kami kepada Allah SWT. Kami berjanji untuk terus menjaga kebersamaan ini dalam ibadah dan kehidupan sehari-hari.

Sepulangnya dari tanah suci, hidup kami terasa lebih bermakna. Keajaiban-keajaiban yang kami alami selama umroh mengajarkan kami untuk selalu berserah diri kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmat-Nya. Perjalanan ini adalah anugerah yang tak ternilai, dan kenangan ini akan selalu menjadi pengingat bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya yang bersabar dan berserah diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun